Peringati Hari Santri 2020, Fachrul Razi: Santri Sehat, Insya Allah Negara juga Sehat

22 Oktober 2020, 11:50 WIB
Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi memimpin upacara Peringatan Hari Santri di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis 22 Oktober 2020 /Dok. Humas Kemenag/Sinarjateng.com

PR TASIKMALAYA – Menteri Agama Fachrul Razi menyampaikan pidato dalam memperingati Hari Santri pada Kamis 22 Oktober 2020.

Tema Hari Santi tahun ini adalah 'Santri Sehat Indonesia Kuat', sesuai dengan Indonesia yangia sedang diterpa wabah Covid-19.

“Tema ini adalah komitmen kita bersama dalam mendorong kemandirian dan kekhasan pesantren,” kata Fachrul sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com, Kamis, 22 Oktober 2020 dari laman LDII.

Baca Juga: Indonesia Peringkat ke-7 Negara Berpenghasilan Rendah, Ekonom: Generasi Mendatang Mewarisi Hutang

“Saya yakin jika santri dan keluarga pesantren sehat, dan bisa melewati pandemi Covid-19 ini dengan baik, Insya Allah negara kita juga sehat dan kuat,” tambahnya.

Menurutnya, pesantren tempat santri menimba ilmu merupakan entitas yang rentan terpapar Covid-19. Keseharian dan pola komunikasi para santri terbiasa tidak berjarak, antara satu dengan lainnya,

“Pola komunikasi yang islami, unik dan khas, namun sekaligus rentan penularan virus,” ucapnya.

Baca Juga: Singgung Menteri 'Ngebet' Maju Pilpres, Sekjen PDIP: Setop Berimajinasi untuk 2024

Fachrul juga menegaskan, beberapa pesantren juga berhasil mencegah, mengendalikan, dan menangani dampak Covid-19 dengan baik di tengah keterbatasan fasilitas.

“Modal utamanya adalah tradisi kedisiplinan yang selama ini diajarkan kepada para santri, keteladanan, dan sikap kehati-hatian kyai dan pimpinan pesantren. Karena mereka tetap mengutamakan keselamatan santri dibanding lainnya,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc., mengatakan Hari Santri digunakan sebagai momentum untuk meningkatkan pemberdayaan santri.

Baca Juga: Segitiga Emas Rebana Diharapkan jadi Masa Depan Ekonomi Jawa Barat

Hal ini dimaksud agar pada masa depan semangat santri sebagai pejuang bangsa terus menggema.

“Dalam perjalanan sejarah bangsa, di samping peran nyata dalam pergerakan, dan perjuangan meraih kemerdekaan, pesantren berperan penting dalam melahirkan insan yang beriman, dan berkarakter untuk mengisi pembangunan nasional dalam kerangka NKRI,” kata Chriswanto.

Bila pada tahun 1945, peran santri yang besar dalam perjuangan terutama dalam Perang Surabaya, kini santri menghadapi tantangan berat.

Baca Juga: Lontarkan Kritik, Mahfud sebut Banyak Korupsi saat Kepemimpinan Amien Rais

“Pesantren masih dipandang dipandang sebagai kelompok pendidikan yang masih terpinggirkan. Alumni pesantren dianggap tidak mampu bersaing dalam dunia pendidikan, dunia kerja maupun birokratisasi pemerintahan,” tambahnya.

Dalam dunia pendidikan misalnya, alumni pesantren tidak lantas dapat meneruskan jenjang pendidikan pada sekolah umum maupun perguruan tinggi selain perguruan tinggi keagamaan.

Dalam dunia kerja, alumni pesantren dianggap tidak memiliki kecakapan keterampilan, selain di bidang agama.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Getol Suarakan Anti Komunis, Mahfud MD: Mana Komunisnya? Tidak Ditangkap?

“Pandangan tersebut bisa diubah, bila terdapat penguatan dalam tata kelola regulasi pesantren,” lanjutnya.

Menurut Chriswanto, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren membawa angin segar bagi masyarakat pesantren.

Undang-Undang yang disahkan Presiden Joko Widodo beberapa saat setelah pengambilan sumpah sebagai presiden periode kedua, semakin meneguhkan eksistensi lembaga pendidikan tertua di Indonesia tersebut.

Baca Juga: Jadwal Acara Metro TV Hari ini, 22 Oktober 2020

“Afirmasi dan rekognisi pesantren sebagai satuan pendidikan semakin nyata dengan dituangkannya fungsi dakwah dan fungsi pemberdayaan masyarakat dalam UU Pesantren,” ujarnya.

Dengan adanya Hari Santri memori kolektif bangsa, diajak mengingat Resolusi Jihad yang difatwakan KH Hasyim Asyari. Chriswanto mengatakan, santri memiliki paket lengkap dalam hal kognitif dan afektif.

“Secara keseluruhan santri memiliki daya hafal yang tinggi, dengan demikian mereka adalah generasi yang cerdas,” jelasnya.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari ini, 22 Oktober 2020: FTV Dokter KW Spesialis Cinta

Dengan demikian, menurut Chriswanto, memberdayakan dan mendidik santri dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan serta teknologi, merupakan modal besar membangun Indonesia, karena karakteristiknya yang profesional religius.

“Sementara dari sisi kecerdasan emosional dan kecerdasan dalam menyelesaikan masalah, mereka andal karena terbiasa mandiri. Mereka memiliki kesabaran dan analisis karena terbiasa menelaah kitab,” tutupnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: LDII

Tags

Terkini

Terpopuler