Jadi Negara Muslim Terbesar di dunia, Pahitnya Indonesia saat Idulfitri Menjadi Sorotan Media Asing

25 Mei 2020, 10:13 WIB
ILUSTRASI Idulfitri.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Bagi 225 juta Muslim Indonesia, merayakan idulfitri tahun 2020 ini menjadi terasa pahit bagi sebagian warga. Hal itu disoroti oleh Reuters, dengan melhat bagaimana pahitnya Indonesia harus melakukan idulfitri di tengah pandemi Covid-19.

Banyak yang terpaksa menghabiskan waktu idulfitrinya jauh dari keluarga tercinta karena adanya pembatasan perjalanan di tengah pandemi.

Namun meski wabah melanda, masih banyak ratusan masjid di seluruh Indonesia yang masih menjadi tempat salat idulfitri, meski memberikan kebijakan untuk mengenakan masker dan menjaga jarah fisik.

Baca Juga: 3.727 Warga Binaan Dapat Remisi Idul Fitri, Kakanwil Kemenkumham Riau: Tak Ada Gading yang Tak Retak

Idul fitri adalah perayaan terbesar bagi umat muslim di dunia yang digelar setelah satu bulan melakukan puasa Ramadhan.

Hari raya ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk berkumpul bersama keluarga besarm teman-teman untuk saling memaafkan atas kesalahan dan tak jarang untuk berbagi hadiah dan kasih sayang.

Namun di tengah pandemi itu, semua harus terganggu dengan negara yang harus berjuang untuk membendung wabah virus corona.

Kelompok Islam Terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) bahkan mengeluarkan fatwa pada minggu ini, mendesak warga untuk salat di rumah dibanding berkumpul di masjid.

Baca Juga: Para Ahli Hewan Dibuat Bingung, Peternak Ayam di India Mengaku Kuning Telur Unggasnya Bewarna Hijau

Namun nyatanya masih banyak sekali warga yang menjalankan ibadah salat idulfitri di masjid.

Seorang warga, Dicky Adam Sideq memilih untuk menghabiskan Idul Fitri di ibu kota Jakarta daripada mengambil risiko menempuh 150 km untuk pulang ke Bandung.

"Bagaimana jika aku seorang pembawa virus tanpa gejala dan menulari orang lain?" tanya editor foto berusia 25 tahun itu kepada Reuters.

"Aku akan menunggu sampai situasinya lebih baik sebelum pulang," tambahnya lagi.

Baca Juga: Hari Pertama Lebaran 1 Syawal 1441 H, Sejumlah TPU di Tasikmalaya Masih Ramai Peziarah

Sementara Sideq dan 18 lainnya di rumah kosnya memutuskan untuk melakukan salat pagi bersama dan memasak makanan yang biasa mereka santap bersama keluarga mereka.

“Yang paling penting adalah salat Ied. Syukurlah, kita masih bisa berdoa bersama,” katanya.

Novita Sari (37) mengatakan bahwa dia pergi ke masjidnya di Klaten, Jawa Tengah, setelah kepala desanya bersikeras agar masyarakat menghadiri salat karena tidak ada yang dinyatakan positif terkena virus corona.

Peserta diminta memakai masker pelindung dan membawa sajadah dari rumah.

Baca Juga: Berikut Cara Tepat Menghibur Diri Saat Rayakan Lebaran Sendiri di Tengah Pandemi Covid-19

Pihak masjid juga memeriksa suhu, kemudian orang lanjut usia dan anak-anak kecil tidak diizinkan untuk hadir.

"Tidak apa-apa khawatir dengan COVID, tapi kita tidak boleh paranoid. Kita juga harus menyeimbangkan kewajiban kita pada dunia ini dan akhirat,' ujarnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler