Benarkah Penerima Vaksin Pfizer Alami Bell's Palsy? Ahli Neurologi Beri Penjelasan

11 Desember 2020, 13:48 WIB
Ilustrasi vaksin Pfizer /Instagram/@pfizerinc

PR TASIKMALAYA - Penerima vaksin Pfizer dilaporkan mengalami Bell's palsy atau kelumpuhan otot wajah sehingga sebelah sisi wajah terlihat melorot.

Hal itu tertuang dalam sebuah dokumen yang dipublikasikan pada 8 Desember 2020 lalu.

Rapat Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait (VRBPAC), mencatat empat insiden yang terjadi penerima vaksin Pfizer yang terserang penyakit Bell's palsy.

Baca Juga: Sentil HRS, Muannas Alaidid: yang Masuk Penjara Bela Antum Banyak, Ga Kasihan? Mereka Tersesat!

Apakah terjadinya kondisi ini memiliki keterkaitan dengan vaksin Covid-19?

Seorang ahli neurologi dari David Geffen School of Medicine di UCLA, Jason D Hinman, menerangkan bahwa kondisi kelumpuhan Bell's palsy diakibatkan oleh rusaknya salah satu saraf wajah, yaitu saraf kranial ketujuh.

"Ini bisa terjadi akibat trauma, tetapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri," ujar Jason pada hari Jumat, 10 Desember 2020, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Antara.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Beredar Surat Perintah Penyidikan KPK pada Menteri BUMN Erick Thohir

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), Bell's palsy bisa menimpa siapapun di semua usia.

Unsur risikonya di antaranya ialah kehamilan, preeklamsia, obesitas, hipertensi, diabetes, serta penyakit pada saluran pernapasan atas.

Gejala Bell's palsy adalah terjadinya kelumpuhan di satu sisi wajah, tetapi tidak menutup kemungkinan juga di kedua sisinya.

Baca Juga: HRS Resmi Jadi Tersangka, Dewi Tanjung: Kalau Dia Ga Kooperatif dan Lawan Hukum Tembak Pun Sah Saja

Gejalanya bermacam-macam, namun biasanya satu sisi wajah mendadak terasa lemah tetapi umumnya satu sisi wajah tiba-tiba terasa lesu.

Lalu, kelopak mata atau sudut mulut terkulai, air liur keluar, tidak dapat menutup mata atau mulut, perubahan rasa, dan banyaknya air mata yang keluar.

Gejala bisa muncul secara mendadak dan puncaknya ialah pada 72 jam. Dalam kondisi yang lebih buruk, penderita bisa lumpuh total.

Baca Juga: Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Pertamina Tambah Stok BBM dan Elpiji

Namun, apakah vaksin Covid-19 memiliki keterkaitan dengan kondisi ini?

Jason tidak yakin kondisi ini diakibatkan SARS-COV-2 atau virus yang memicu Covid-19 beserta vaksinnya.

"Saya tidak dapat membuat hubungan langsung dengan vaksin dan menduga ini kebetulan. Angka kejadian Bell's palsy kira-kira 20 dari 100.000 orang.

Baca Juga: Soal Kasus Penembakan 6 Laskar FPI, Kapolda Jateng Minta Warga Tidak Terprovokasi

"Sementara studi Pfizer memeriksa 38.000 pasien, jadi empat kasus Bell's palsy disebut berada dalam insiden normal yang diamati," ungkapnya.

Masalah serupa muncul beberapa dekade yang lalu, ketika beberapa kasus orang di tempat terpencil mengembangkan Bell's palsy selepas memperoleh vaksin flu.

Tetapi, tidak ada hasil observasi yang dapat menentukan keterkaitan antara vaksin flu dan Bell's palsy.

Baca Juga: Sebut Ormas di Jakarta Sering Buat Kegaduhan, Kapolda Metro: Hukum Harus Ditegakkan

Lantas, apakah kita mesti mengkhawatirkan vaksin Covid-19 yang mengakibatkan Bell’s Palsy? Menurut Jason, barangkali tidak, karena tidak ada bukti keterkaitan yang ditemukan.

Ia berkata bahwa jumlah subjek observasi yang sedikit diketahui telah membuat kondisi ini mengerdilkan ratusan ribu orang yang masuk ke dalam daftar uji coba penelitian.

Apabila Bell's palsy dialami, terkadang penderita memerlukan penutup jika otot kelopak mata tertahan atau kelopak mata sama sekali tidak mampu untuk menutup.

Baca Juga: Tempat Ikonik Basilica Cistern di Istanbul Nyaris Runtuh

Karenanya, kita diharuskan untuk menjaga mata agar senantiasa lembab dengan meneteskan obat mata dan menjaganya dari kotoran dan cedera, khususnya di malam hari.

NINDS juga menyarankan penggunaan obat analgesik seperti aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit, serta terapi seperti terapi fisik, pijat wajah.

Atau akupunktur dapat memacu fungsi saraf wajah dan menghilangkan nyeri. Konsultasi ke dokter pun direkomendasikan.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler