Peringati Hari Anti Korupsi, Ketum DPP LDII: Hati Koruptor Diselubungi Kegelapan dan Tak Pancasialis

9 Desember 2020, 12:44 WIB
Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso/ /ldii.or.id

PR TASIKMALAYA – Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) berdasar pada konvensi Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) melalui Resolusi Nomor 58/4 tanggal 31 Oktober 2003, diperingati setiap 9 Desember.

Menurut Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia tahun 2020 sebesar 3,84 pada skala 0 sampai 5. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar 3,70.

Artinya, cita-cita Reformasi untuk membersihkan Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN) masih jauh dari kata berhasil.

Baca Juga: Wakil Wali KotaProbolinggo Meninggal karena Covid-19 Setelah Jalani Perawatan di Ruang Isolasi

Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Chriswanto Santoso mengatakan bahwa korupsi itu kejam, bahkan bantuan kemanusiaanpun dikorupsi.

“Korupsi bagi kami saat ini, merupakan tragedi kemanusiaan. Korupsi yang terjadi pada bangsa ini, makin kejam,” kata Chriswanto seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com, Rabu, 9 Desember 2020 dari ldii.or.id

“Bukan sebatas anggaran proyek, tapi bantuan bencana ataupun wabah juga dikorupsi,” tambahnya.

Korupsi merupakan musuh semua agama, bahkan hukumannya sangat berat pada masa lalu.

Baca Juga: 7 Selebritas yang Bertarung di Pilkada 2020 Hari ini, Mulai Lucky Hilman Hingga Sahrul Gunawan

“Mencuri pada zaman Rasulullah, bila barang yang dicuri senilai 8 gram emas dan ada saksi, bisa dikenai sanksi pemotongan tangan,” kata Chriswanto.

“Pada masa itu, koruptor tak akan dipotong tangannya, namun biasanya dihukum mati,” tambahnya.

Menurut Chriswanto, bila mencuri merupakan kejahatan privat, yang dirugikan hanya satu pihak, pemilik barang. Sementara korupsi, merugikan orang banyak.

“Korupsi saat ini juga tak lagi mengingat waktu dan suasana kebatinan masyarakat, saat Indonesia bergulat dengan wabah, masih saja ada pihak yang korupsi,” kata Chriswanto.

Baca Juga: KPU Bali Sebut E-KTP Syarat Penting di TPS, 5.511 Pemilih Pilkada Belum Lakukan Perekaman

Menurut Chriswanto mengutip salah satu hadist yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi, koruptor memiliki hati yang diselubungi kegelapan.

“Rasulullah menggambarkan setiap perbuatan dosa menciptakan noda hitam pada hati. Ketika tidak bertobat dan terus mengulangi, maka noda hitam itu makin banyak dan menghitamkan hatinya,” kata Chriswanto.

Mereka yang berhati hitam, sulit untuk menerima kebenaran dan tentu saja tidak memiliki perasaan untuk terus melakukan dosa. Termasuk dalam hal ini para koruptor, yang makin tak peduli dengan bangsa Indonesia yang sedang mengalami kesulitan.

Baca Juga: PM Yunani: Athena Berhasil Mengubah Perselisihan Turki-Yunani Jadi Perselisihan Turki-Uni Eropa

Praktik korupsi juga jauh dari nilai-nilai Pancasila karena jauh dari sila mensejahterakan rakyat.

“Korupsi merupakan cermin mementingkan diri sendiri, jauh dari semangat gotong royong yang merupakan inti Pancasila, dengan kata lain koruptor tidak Pancasilais," kata Chriswanto.

Senada dengan Ketum DPP LDII , anggota DPR Komisi VI dari Fraksi Golkar, Singgih Januratmoko juga mengatakan korupsi membawa imbas negatif bagi pembangunan.

“Praktik korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang jadi beban bagi pelaku ekonomi. Kondisi ini berimbas pada mahalnya harga jasa dan pelayanan publik,” kata Singgih.

Baca Juga: KH Said Aqil Sembuh Covid-19, Muannas Alaidid : Kami Butuh Sosok Ulama Seperti Beliau, Sehat Selalu

Singgih mengatakan imbasmya pada para pelaku ekonomi memasang harga yang tinggi, agar dapat menutupi kerugian karena besarnya modal yang keluar karena penyelewengan.

“Dalam skala yang lebih luas, bila indeks korupsi sangat tinggi di sebuah negara, dapat mengurangi kepercayaan investor internasional,” kata Singgih.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: LDII

Tags

Terkini

Terpopuler