Inflasi di Tasikmalaya Disebabkan Kenaikan Harga Bawang dan Daging Ayam

5 Desember 2019, 11:34 WIB
Ilustrasi.* /DOK PR/

TASIKMALAYA (PR)- Kenaikan harga bawang merah serta harga daging ayam ras menjadi penyebab tingginya inflasi Kota Tasikmalaya pada November 2019.

Inflasi sebesar 0,07 persen (mtm) juga disebabkan oleh terbatasnya pasokan ayam ras setelah program pemusnahan DOC atau bibit ayam oleh pemerintah.

Sementara itu di tingkat Provinsi, Inflasi Jawa Barat berada di angka 0,22 persen dan inflasi nasional tercatat di angka 0,14 persen (mtm).

Baca Juga: Pohon Natal dari Lima Ribu Keping CD di GKI Veteran Tasikmalaya

"Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun berjalan Kota Tasikmalaya November 2019 adalah 1,38 persen (ytd)," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya Heru Saptaji dalam keterangan tertulisnya, Rabu 4 Desember 2019.

Adapun secara tahunan, Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 1,64 persen (yoy), terendah di Jawa-Bali dan terendah dalam 10 tahun terakhir.

Pada November 2019, kenaikkan harga bawang merah punya andil terhadap inflasi Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: Penegakan Hukum Tumpul, Tambang Ilegal di Tasikmalaya Tetap Berjalan

"Sama dengan kondisi nasional, kenaikkkan harga bawang merah disebabkan menurunnya pasokan karena sisa pasokan dari panen triwulan III sudah menipis dan memasuki musim hujan sehingga meningkatkan risiko gagal tanam," ucap Heru.

Hal serupa terjadi pada komoditas daging ayam ras. Harga daging ayam ras melonjak lantaran pasokannya terbatas setelah program pemusnahan (culling program) DOC atau bibit ayam ‎pada September 2019.

Sementara permintaan daging ayam ras meningkat menjelang akhir tahun. Terakhir, harga beras pun mulai naik karena persediaan berkurang sebagai dampak musim tanam.

Baca Juga: Sudah Turun Hujan, Ketinggian Air di Situ Gede Masih Belum Normal

Di sisi lain, tekanan kenaikkan harga tertahan oleh normalisasi harga cabai merah, rawit, hijau karena mulai tercukupinya pasokan di pasar.

Selain itu, harga jengkol dan petai juga masih menurun karena permintaan yang rendah. Di luar kelompok bahan makanan, penuruna juga dialami harga emas perhiasan.

BI Perwakilan Tasikmalaya memprediksi inflasi kembali pada Desember 2019. Secara historis, inflasi tersebut didorong kenaikkan konsumsi rumah tangga pada akhir tahun dan kenaikkan konsumsi pemerintah untuk penyelesaian proyek pembangunan.

Baca Juga: Bahayakan Warga dan Rusak Lingkungan, Baliho Cabup Tasikmalaya Dipasang Serampangan

"Secara spesifik, risiko tekanan inflasi berasal dari bahan makanan, yaitu beras, telur, daging ayam ras karena peningkatan permintaan pada akhir tahun," ujarnya.

Sedangkan inflasi keseluruhan 2019 diperkirakan lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya. Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan diperkirakan tidak terlalu tinggi didukung hasil produksi hortikultura nasional.

Dari kelompok administered price, harga bensin dan tarif listrik relatif stabil sepanjang 2019. Kondisi perekonomian yang terjaga mendukung tingkat harga yang stabil dan terkendali serta diiringi tingkat pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi.

Hal tersebut tecermin dari hasil survey konsumen Bank Indonesia periode November 2019 yang menunjukkan indeks ekspektasi konsumen sebesar 121,78 atau optimis di atas 100.***

Editor: Abdul Muhaemin

Tags

Terkini

Terpopuler