Berjalan Tiga Tahun Terakhir, Bima Arya Minta Sekolah Ibu Terus Berinovasi

8 Maret 2020, 10:01 WIB
SEKOLAH Ibu di Kota Bogor.*/DOK PEMKOT BOGOR /

PIKIRAN RAKYAT - Sekolah Ibu telah berlangsung selama tiga tahun terakhir di Kota Bogor. Dalam pelaksanaan sejak 2017 lalu, Sekolah Ibu sudah berhasil mewisuda tiga angkatan dengan belasan ribu ibu-ibu.

Inilah yang membuat Pemerintah Kota Bogor berusaha terus menampilkan performa terbaik dari program Sekolah Ibu tersebut. Salah satunya dengan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Sekolah Ibu 2020 di ruang Sri Baduga area Balaikota, Kota Bogor pada Kamis, 05 Maret 2020.  

Dikutip Pikiranrakyat-Tasikmalaya.com melalui situs resmi Pemerintah Kota Bogor bahwa rakor itu diadakan untuk menerima berbagai arahan dan evaluasi terkait pelaksanaan Sekolah Ibu ke depannya.

Baca Juga: Hotel Tempat Karantina Pasien Terinfeksi Virus Corona Ambruk, 70 Orang Terjebak

Selain Walikota Bogor Bima Arya, Rakor itu juga menghadirkan pula Ketua TP PKK Yane Ardian dan Wakilnya Yanti Rachmi.

Dalam kesempatan itu, Bima Arya mengatakan setiap program yang dijalankan Pemkot Bogor harus dilakukan evaluasi. Ini untuk menjadi program lebih baik dalam pelaksanaan berikutnya.

Evaluasi yang diminta Bima terkait inovasi kurikulum dan pembinaan alumni Sekolah Ibu. Ia meyakini kegiatan yang ditargetkan untuk memandirikan para alumni akan meningkat perekonomian juga.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, Minggu 08 Maret 2020: Puspahiang dan Singaparna Hujan Lokal di Sore Hari

“Program Sekolah Ibu tahun ini saya minta evaluasi dan harus terus inovasi. Pertama, inovasi untuk kurikulumnya, yang kedua dilakukan inovasi untuk pembinaan alumni sekolah ibu. Jadi nanti ada kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan yang targetnya alumni Sekolah Ibu. Jadi ada pemberdayaan disitu, baik secara ekonomi, secara skill dan lain-lain,”jelas Bima.

Adapun salah satu program pemberdayaan bagi para alumni Sekolah Ibu adalah terkait dengan UMKM. Bima menginginkan para alumni yang sudah memiliki keterampilan akan dapat berdaya mandiri atau dapat menjadi motor penggerak untuk kader PKK masing-masing.

Untuk mendukung itu, Pemkot akan mengusahakan tersedianya bantuan modal usaha untuk para alumni tersebut.

Baca Juga: Intip Robot Canggih yang Hasilkan 150 Burger Setiap Jam, Kini Berdampak pada Pekerjaan Manusia

“Misalnya dengan menyediakan bantuan modal untuk usaha, keterampilan atau skill. Kemudian para alumni Sekolah Ibu ini akan menjadi motor untuk Dasawisma, kader PKK. Mereka semua menanti dan menunggu karena masih semangat untuk terus dilibatkan,” jelasnya.

Namun demikian, Bima Arya juga menerima banyak permintaan dari warga yang belum menikah agar bisa menjadi peserta program ini. Untuk informasi tambahan, salah satu syarat untuk menjadi peserta Sekolah Ibu adalah sudah menikah dan memiliki usia maksimal 45 tahun.

Oleh karena syarat utama itu, Bima Arya memutuskan jalan tengah dengan membolehkan hanya untuk perempuan belum menikah tetapi akan segera menikah. Dalam arti lain, peserta Sekolah Ibu sudah terdaftar di KUA untuk segera menikah.

Baca Juga: Hotel Tempat Karantina Pasien Terinfeksi Virus Corona Ambruk, 70 Orang Terjebak

“Tadi juga dipertimbangkan untuk memperluas cakupan peserta karena banyak juga yang menyatakan berminat tapi belum menikah. Tapi menurut saya boleh belum menikah (menjadi peserta Sekolah Ibu) asalkan yang mau segera menikah. Dengan kata lain, yang sudah terdaftar di KUA akan segera menikah, bisa ikut Sekolah Ibu,” ujar Bima.

Di sisi lain, Ketua TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) Kota Bogor Yane Ardian ikut memberikan evaluasinya. Ia mengatakan hal-hal teknis dalam pelaksanaan Sekolah Ibu tahun sebelumnya, misalnya soal sarana dan prasarana di kelurahan.

“Semoga dengan digelarnya Rakor ini, penyelenggaraan Sekolah Ibu tahun ini bisa berjalan lebih baik dari sebelumnya,” kata Yane.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, Minggu 08 Maret 2020: Puspahiang dan Singaparna Hujan Lokal di Sore Hari

Lebih lanjut, Yane mencontohkan isi modul atau materi yang disampaikan dalam Sekolah Ibu. Ia merasa modul cukup membuat peserta mengalami perubahan untuk melaksanakan fungsi keluarga.

“Jadi banyak kenapa di dalam rumah tangga itu tidak berjalan dengan baik karena fungsi keluarga yang tidak tepat. Peran bapak, peran ibu dan peran anak-anak tidak sinkron,” terangnya.

Tak ingin berbicara tanpa fakta, Yane menyodorkan hasil kajian dan penelitian yang dilakukan IPB University dengan Yayasan Cinta Keluarga Indonesia. Berdasarkan kajian penelitian itu, Sekolah Ibu dapat membuat peningkatan terhadap interaksi suami-istri yang dialami masing-masing peserta.

Baca Juga: Intip Robot Canggih yang Hasilkan 150 Burger Setiap Jam, Kini Berdampak pada Pekerjaan Manusia

“Ketahanan keluarga juga meningkat, manajemen keuangan juga meningkat, manajemen stres juga ada perbaikan karena di dalam ada modulnya diajarkan mengenai manajemen stres. Lalu interaksi orangtua dan anak membaik,” jelasnya.

Selain itu, Yane menuturkan peserta pun banyak merasakan manfaat dari Sekolah Ibu. Ini bersesuaian dengan harapan TP PKK terhadap Sekolah Ibu, di antaranya mengubah mindset para ibu dalam menjalankan peran, meluaskan persepsi dan mengubah perilaku.

“Peserta merasakan banyak manfaat dari Sekolah Ibu ini dari hasil kualitatifnya. Harapan kami dari TP PKK, bahwa Sekolah Ibu memiliki 3 hal yang utama, yaitu mampu merubah mindset para ibu dalam menjalankan perannya, memperluas persepsi dan ketiga merubah perilaku,” pungkas Yane.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: Pemerintah Kota Bogor

Tags

Terkini

Terpopuler