PR TASIKMALAYA - Proses penghitungan suara Pemilihan Presiden Amerika Serikat ke-59 memunculkan sejumlah fakta menarik yang menarik untuk diulik.
Menghadirkan dua kandidat presiden, Joe Biden dari Partai Demokrat dan petahana bersaing ketat dengan Donald Trump dari Partai Republik memunculkan berbagai fakta menarik.
Pertama
Perolehan suara dan elektoral antara Trump dan Biden saling berkejaran, karena masing-masing memang sudah memiliki basis massa pendukung yang sama kuat.
Baca Juga: Ketua BKPN: Uang Kembalian Tidak Boleh Digantikan dengan Permen
Kedua
Keadaan berbalik di Arizona, lumbung suara yang digadang-gadang akan jatuh ke tangan Trump, justru diperoleh Joe Biden dengan selisih cukup meyakinkan.
Biden memperoleh 50.7 persen atau 1.444.213 suara, sedangkan Trump mengantongi 47.9 persen atau 1.365.040 suara.
Ketiga
Keadaan berbalik di Wisconsin dan Michigan, yang juga menjadi andalan suara bagi Trump.
Baca Juga: CIRCLE: Pendukung Joe Biden Didominasi Pemuda Kulit Hitam
Kejadian di dua negara bagian tersebut membuat Trump dibuat murka dan menginginkan penghitungan suara ulang.
Keadaan perolehan suara Wisconsin, Biden: 49.6 persen/1.630.542 suara dan Trump: 48.9 persen/1.610.007 suara.
Keadaan perolehan suara Michigan, Biden: 50.5 persen/2.769.197 suara dan Trump: 48 persen/2.634.575 suara.
Baca Juga: Indonesia Cetak Sejarah Baru jika Berhasil jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032
Keempat
Joe Biden diklaim telah menjadi kandidat Presiden Amerika Serikat yang menerima suara terbanyak dalam pemilihan umum AS sepanjang sejarah.
Sudah demikian pencapaiannya, ternyata penghitungan suara belum usai dan masih banyak surat suara yang belum terhitung.
Berdasarkan hasil penghitungan suara Rabu, 4 November 2020, pukul 23.57 WIB (waktu Indonesia), total suara sementara Biden, 69.759.833.
Baca Juga: Terpidana Perantara Suap Hakim PN Jaksel Berakhir di Lapas Cipinang
Hal itu melampaui 69.498.516 suara yang dikumpulkan oleh Barack Obama pada tahun 2008, yang meraih rekor sebelumnya.
Totalnya sudah melewati 3.9 juta lebih tinggi dari jumlah suara yang diperoleh Hillary Clinton pada tahun 2016, ketika ia memenangkan suara populer tetapi kalah menuju kursi kepresidenan oleh Donald Trump.
Sementara total pencapaian Trump sejauh ini 67.160.663, juga lebih banyak dari jajak pendapat yang dilakukannya pada tahun 2016, dan lebih dari yang disurvei Obama pada tahun 2012.
Baca Juga: Gelap Mata, Seorang Pria Nekat Bacok Selingkuhan sang Istri hingga Tewas
Ini menempatkan Trump di urutan ketiga dalam daftar kandidat Presiden AS yang menerima suara terbanyak sepanjang masa.
Kelima
Negara bagian Nevada menjadi napas terakhir Joe Biden.
Biden menatap kemenangan dengan hanya membutuhkan 6 (enam) suara elektoral lagi dari Nevada atau kehilangan Nevada tapi dapat memutarbalikkan keadaan di Georgia atau North Carolina.
Baca Juga: Update Pilpres AS: Joe Biden Kantongi Suara Terbanyak, Pecahkan Rekor Barack Obama
Setelah Michigan berbalik memberikan suara kepada Biden, lima negara bagian yang tersisa adalah Pennsylvania, North Carolina, Georgia, Alaska, dimana keempatnya masih diungguli Trump.
Sementara satu negara bagian lagi, yaitu Nevada, menjadi milik Biden, karena ia unggul di sana.
Pennsylvania bernilai 20 suara elektoral, North Carolina 15, Georgia 16, dan Alaska 3 (tiga) elektoral. Sedangkan Nevada, tempat Biden unggul, memiliki 6 (enam) suara elektoral.
Baca Juga: Pendukung Lancarkan Aksi Protes, Sebut Suara Trump di Arizona Sengaja Tak Dihitung
Hingga saat ini, seperti dilansir The Guardian, Kamis, 5 November 2020, penghitungan hasil pilihan sementara, posisi Joe Biden pukul 07.49 WIB (waktu Indonesia), sudah 264 electoral college votes (suara elektoral) dengan 71.563.585 pemilih.
Untuk Trump, di waktu bersamaan mendapatkan 214 electoral college votes dengan 68.272.901 pemilih.
Untuk suara elektoral, siapa yang lebih dulu mencapai angka 270, artinya sudah memenangkan Pemilihan Presiden AS dan melenggang ke Gedung Putih.