Hindari Media Apapun yang Terbitkan Soal Anti-Islam, Jubir Rusia: Kami Saling Menghormati

- 30 Oktober 2020, 16:50 WIB
Ilustrasi bendera Prancis.
Ilustrasi bendera Prancis. //Pixabay// IGORN

PR TASIKMALAYA - Rusia akan menghindari penerbitan karikatur yang menghina Islam.

Hal itu disampaikan oleh Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

"Keberadaan media semacam itu di negara kami sama sekali tidak mungkin, termasuk dari segi legislasi saat ini. Rusia sebagian merupakan negara Muslim dan terdapat hingga 20 juta umat Muslim di Rusia," ucap Peskov.

Baca Juga: Netflix akan Naikkan Harga Langganan dan Biaya Premium di Amerika Serikat

Dia pun mengatakan bahwa di Rusia, adalah negara dengan mayoritas agama Kristen.  

“Keunikan negara kami justru pada sifat multietnik dan multiagama, dan semua agama hidup dengan saling menghormati," tambahnya.

Pernyataan itu disampaikan setelah skandal yang diprovokasi oleh majalah Prancis, Charlie Hebdo, yang menerbitkan kartun tentang Islam, melukai hati jutaan umat Muslim.

Penerbitan kartun tersebut berujung pada gelombang amarah dan aksi protes di seluruh dunia Muslim serta aksi boikot produk Prancis.

Baca Juga: Soal Pandemi Covid-19, David Foster: Yakin Setelah Tragedi Besar maka Hal Baikpun akan Hadir

Bahkan, serangan terjadi setelah pria bersenjatakan pisau yang meneriakkan ‘Allahu Akbar’ memenggal seorang perempuan dan menewaskan dua orang lainnya di Kota Nice, Prancis pada Kamis, 29 Oktober 2020.

Wali kota Nice menggambarkan serangan tersebut sebagai terorisme.

Saat itu, Prancis masih berduka dengan kasus pemenggalan guru sekolah, Samuel Paty, oleh seorang pria asal Chechnya pada Oktober ini.

Pelaku mengaku ingin membalas Paty karena telah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad dalam sebuah diskusi di kelas.

Baca Juga: PM Johnson Diduga Biarkan Rusia Intervensi Pemilu, DPR Inggis Ajukan Gugatan

Sejak pembunuhan Paty, pejabat Prancis menegaskan kembali hak untuk memperlihatkan kartun tersebut, dan gambar-gambar itu secara luas dipajang dalam sebuah aksi solidaritas untuk guru tersebut.

Hal itulah yang telah memicu amarah Muslim di dunia, dengan sejumlah pemerintah menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron mengejar agenda anti-Islam.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x