Donald Trump Dapat Akses Obat Eksperimental, Warga AS Rasakan Ketidakadilan

- 8 Oktober 2020, 10:11 WIB
Donald Trump./ en.wikipedia.com
Donald Trump./ en.wikipedia.com /

PR TASIKMALAYA – Semenjak Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan istrinya Melania Trump dikabarkan positif Covid-19, pemberitaan seolah tak berhenti menyorot keduanya.

Mulai dari karantina dan pengobatan yang dipindahkan ke Gedung putih hingga obat yang diberikan kepada Trump.

Banyak pemberitaan mengenai Trump yang dikabarkan jika kondisinya memburuk pasca dilarikan ke rumah sakit.

Baca Juga: Menaker Jelaskan Perlindungan Tambahan Bagi Buruh dalam UU Cipta Kerja

Namun sebagai Presiden dari negara adidaya, tentunya tidak akan mendapatkan pelayanan perawatan yang buruk.

Tentunya pelayanan yang akan diberikan merupakan pelayanan terbaik, dimana Trump dapat mengakses obat Covid-19 eksperimental.

Namun, perlakuan khusus tersebut menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakatnya.

Baca Juga: 10 Manfaat Kunyit, Mampu Atasi Jerawat hingga Mencegah Penyakit Jantung

Kesenjangan dimulai dengan sistem perawatan kesehatan yang cacat untuk pasien Covid-19 yang banyak dialami orang Amerika.

Kemudian, pakar etika dan bisnis mengatakan bahwa adanya hak publik yang tidak dipenuhi untuk mengetahui lebih banyak tentang kondisi sebenarnya Trump.

Regeneron Pharmaceuticals Inc. mengungkapkan, betapa langka bagi siapa pun untuk mendapatkan obat yang didapat Trump, di luar penelitian ynag sedang berlangsung untuk menguji keamanan dan efektivitasnya.

Baca Juga: Profil Dalton Ichiro Tanonaka, Mantan Pembawa Acara TV yang di Eksekusi di Lapas Salemba

Obat yang digunakan oleh Trump adalah obat yang disebut dapat memasok antibodi untuk membantu sistem kekebalan, membersihkan virus corona, sehingga secara luas dipandang sangat menjanjikan.

Di samping itu, Trump juga menerima remdesivir antivirus dan steroid deksametason, dan tidak mungkin untuk mengetahui apakah obat-obatan ini bermanfaat baginya.

“Dia pantas mendapatkan perlakuan khusus karena jabatannya. Pertanyaannya adalah apakah itu pengobatan Covid-19 yang baik?," ucap Kepala Pusat Hukum dan Etika Kesehatan Universitas Boston, Goorge Annas.

Baca Juga: Masa Kampanye Pilkada 2020, Setiap Paslon Disarankan Buat Masker

Obat-obat itu tidak terbukti untuk penyakit ringan dan belum pernah diuji kombinasinya.

Steroid tampaknya juga bertentangan dengan pedoman medis berdasarkan apa yang dikatakan dokter tentang tingkat keparahan penyakitnya.

“Publik mendapatkan pesan yang beragam tentang kondisinya dan itu adalah masalah,” tutur Annas.

Baca Juga: Ditegur Serikat Pekerja Kesehatan dan Medis Korea, MV 'Lovesick Girls' BLACKPINK Akan Diedit Ulang

Menurutnya, ada hak untuk mengetahui apa pun yang dapat mempengaruhi kemampuan Trump untuk melakukan pekerjaannya.***

 

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x