Imbas Pertempuran di Sudan, Ratusan Ribu Anak Kabur dari Kampung Halaman dan Derita Malnutrisi

- 13 Mei 2023, 20:18 WIB
UNICEF rilis laporan terkait perang saudara di Sudan.
UNICEF rilis laporan terkait perang saudara di Sudan. /Reuters/Umit Bekta/

PR TASIKMALAYA - Setidaknya, sebanyak 450.000 anak di Sudan harus meninggalkan kampung halaman mereka sebagai imbas dari pertempuran yang sedang berlangsung.

Perginya ratusan ribu anak dari kampung halaman mereka di Sudan ini sebagaimana yang telah dikabarkan Badan Dana Anak-nak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF).

Sebanyak 82.000 anak kabur ke negara-negara tetangga, dan 368.000 anak lainnya melarikan diri ke wilayah-wilayah lain di Sudan.

Banyaknya anak yang mengungsi tersebut merupakan akibat dari pertempuran antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang telah berlangsung selama berminggu-minggu.

Baca Juga: Mengenal Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, Komandan Militer yang Memimpin Aksi Lawan RSF di Sudan

"Konflik brutal di Sudan telah menimbulkan korban anak-anak di negara itu," terang Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF.

"Ribuan anak mengalami peristiwa yang sangat traumatis atau terusir dari rumah mereka untuk mencari keamanan," tambahnya.

Pertempuran ini juga telah menyebabkan lebih banyaknya anak yang menderita malnutrisi. Tercatat pada tahun 2023 ini, Sudan memiliki 115.600 anak yang menderita malnutrisi.

Sebagaimana yang telah diberitakan oleh Portal Nganjuk, angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2022 lalu yang mencatat 87.500 anak yang mengalami malnutrisi di Sudan.

Baca Juga: Demonstrasi Sudan Masih Berlanjut, Tiga Orang Tewas Tertembak Pasukan Keamanan

Menangani hal ini, UNICEF menjadi organisasi yang telah menyelamatkan lebih banyak nyawa anak-anak dibandingkan dengan organisasi kemanusiaan lainnya.

Unicef telah memberikan perawatan kesehatan, imunisasi, air bersih dan sanitasi, nutrisi, pendidikan, bantuan darurat, serta banyak bantuan-bantuan lainnya.

Namun, kebakaran yang sempat terjadi menghancurkan 14.500 karton Makanan Terapi Siap Pakai (RUTF) yang akan diangkut ke lokasi perawatan penyelamatan 14.500 orang anak.

Tidak hanya anak-anak, sebanyak lebih dari 164.000 warga Sudan juga telah mencari perlindungan di Republik Afrika Tengah, Chad, Mesir, Ethiopia, Libya, dan Sudan Selatan.

Baca Juga: Gagal Pulihkan Pemerintahan Sipil, Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok Mengundurkan Diri

Hal ini berlangsung sejak meletusnya aksi kekerasan pada 15 April 2023 berdasarkan laporan dari badan pengungsi PBB (UNHCR).

Namun, UNICEF memperingatkan bahwa para pengungsi terancam risiko penyakit karena musim hujan, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.

Pada hari Kamis malam, 11 Mei 2023, pihak-pihak yang terlibat dalam pertempuran di Sudan menandatangani komitmen untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan agar masuk ke negara itu.

Konflik yang bermula pada hari Sabtu, 15 April 2023, yang menewaskan lebih dari 550 orang dan meluka ribuan lainnya ini, dipicu oleh ketidaksepakatan yang muncul selama beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Gagal Pulihkan Pemerintahan Sipil, Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok Mengundurkan Diri

Pertempuran itu sendiri terjadi antara dua jenderal yang bersaing yakni panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan komandan RSF Mohammed Hamdan "Hemedti" Dagalo.

Ketidaksepakatan ini muncul dalam persaingan mengenai integrasi RSF ke angkatan bersenjata sebagai syarat utama perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.

Sejak musim gugur tahun 2021, Sudan sudah tidak lagi memiliki pemerintahan yang berfungsi setelah militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok.

Pada Agustus 2019 lalu, Sudan telah memulai masa transisi usai kudeta Presiden Omar Al-Bashir yang dijadwalkan akan usai dengan pemilu di awal tahun 2024.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x