Kenapa Rusia Menyerang Ukraina?

- 25 Februari 2022, 07:27 WIB
Kamis, 24 Februari 2022, Rusia resmi menyerang ibu kota Ukraina, Kiev, apa alasan di balik penyerangan ini?*
Kamis, 24 Februari 2022, Rusia resmi menyerang ibu kota Ukraina, Kiev, apa alasan di balik penyerangan ini?* /Reuters/Antonio Bronic/

PR TASIKMALAYA – Kamis pagi, 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin resmi meluncurkan ‘operasi militer khusus’ ke negara tetangga Ukraina, melalui pidato yang disiarkan secara langsung di televisi.

Tak lama setelah pidato Presiden Rusia Vladimir Putin disiarkan, suara ledakan langsung terdengar di sejumlah kota di Ukraina yaitu Kharkiv, Kramatorsk, Mariupol, serta ibu kota Kiev.

Serangan Rusia ke Ukraina ini menyebabkan warga Ukraina panik, hingga menyebabkan antrian panjang di supermarket, ATM, serta pom bensin sebagai antisipasi apabila dalam waktu dekat mereka disuruh mengungsi.

Adapun serangan Rusia ini menyebabkan sejumlah bandara di Ukraina ditutup sementara. Tujuannya tak lain untuk menghindari adanya pesawat tempur Rusia yang mendarat.

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Beri Wejangan Khusus ke Kate Middleton yang Ingin Menikah dengan Pangeran William

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman The Independent, ketegangan dua negara yang masuk ke wilayah Eropa Timur ini sudah terjadi sejak bulan Desember tahun lalu.

Hal itu membuat di mana Rusia menempatkan sekitar 130 ribu tentara di perbatasan sebelah barat. Serta 30 ribu tentara lainnya ditempatkan di Belarus.

Pasukan tentara yang ditempatkan di Belarus hingga kini masih menyangkal bakal segera memasuki wilayah Ukraina.

Sebelum invasi terjadi, sejumlah perwakilan negara barat sudah mencoba bernegosiasi.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Malaikat Mana yang Memanggil Jiwamu? Temukan Pesan Positif Darinya

Terlibat di dalam negosiasi yaitu sekretaris Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, serta sekretaris kementerian luar negeri Inggris Raya Liz Truss.

Sayangnya, negosiasi ini tidak membuahkan hasil dan malah memicu Presiden Vladimir Putin untuk mulai melancarkan serangan ke Ukraina per Senin, 21 Februari 2022.

Pada Senin, gempuran tentara Rusia ke Ukraina masih sebatas untuk memberantas organisasi pemberontak yang diklaim muncul di wilayah Timur Ukraina yaitu Donetsk dan Luhansk.

Aksi yang diklaim membawa perdamaian oleh pemerintahan di bawah Presiden Putin ini, mendapatkan kecaman langsung dari sekretaris departemen keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta pemerintah Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: 5 Fakta Nunung Srimulat, Ketiduran di Makam hingga Diisukan Tewas di Tol Solo

Keduanya menilai Rusia bukan bertujuan mendamaikan melainkan ingin menginvasi negara tetangga.

Kecaman ini ditanggapi oleh perwakilan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, yang bersikeras tidak akan terjadi pertumpahan darah di Ukraina dan memperingatkan negara barat untuk berpikir dua kali sebelum mengeluarkan pernyataan apapun yang bisa memperkeruh situasi.

Sementara itu, gelagat Rusia yang ingin ‘melahap’ wilayah Ukraina memang sudah jelas-jelas ditunjukkan sejak musim panas tahun lalu di mana saat itu Presiden Vladimir Putin menerbitkan esai yang tersusun atas lima ribu kata.

Dalam esai tersebut, presiden yang sudah memimpin Rusia sejak tahun 1999 tersebut mengeluarkan pandangannya soal hubungan negaranya dengan Ukraina.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Ilustrasi yang Paling Menarik Perhatianmu Akan Memberimu Pesan, Salah Satunya soal Cinta

Sang Presiden Rusia menegaskan bahwa orang Rusia dan Ukraina adalah satu serta menyebutkan bahwa dirinya merasa seakan dirampok ketika Ukraina memutuskan untuk menjadi negara merdeka per tanggal 24 Agustus 1991.

“Saya yakin kemerdekaan sesungguhnya dari Ukraina hanya mungkin jika negara tersebut mau bekerja sama dengan Rusia,” tulis Presiden Putin di dalam esainya.

Esai ini kemudian diteliti oleh Anders Aslund, anggota senior dari Stockholm Free World Forum.

Anders Aslund menemukan bahwa esai ini merupakan bentuk awal dari pernyataan perang Rusia terhadap Ukraina.

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Rupanya Miliki Pidato Rahasia yang Disiapkan untuk Perang Dunia 3, Berikut Bocorannya!

Dan benar saja, selang beberapa bulan kemudian, puluhan ribu tentara Rusia mulai menduduki perbatasan Ukraina.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Kremlin, Dmitry Peskov, hingga berita ini diturunkan masih bersikeras membantah bahwa Rusia ingin mengambil alih Ukraina.

Sebaliknya, justru Ukraina yang menerima bantuan senjata, pesawat tempur Nato, serta bantuan tentara dan senjata anti kavaleri dari Amerika Serikat dan Inggris justru adalah pihak yang duluan memperkeruh situasi politik dengan Rusia.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah