Diskusi Soal Penyelidikan Covid-19 Dimulai, Tiongkok Tuduh AS Telah Kendalikan Australia

- 22 April 2020, 15:30 WIB
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison menghormati para 25 korban meninggal dalam peristiwa kebakaran hutan yang terjadi sejak Septermber 2019 lalu.*
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison menghormati para 25 korban meninggal dalam peristiwa kebakaran hutan yang terjadi sejak Septermber 2019 lalu.* /AFP

PIKIRAN RAKYAT - Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah meminta dukungan untuk penyelidikan Internasional terhadap pendemi Covid-19 kepada Presiden Amerika Donald Trump serta para pemimpin Jerman dan Prancis pada Rabu, 22 April 2020.

Desakan Australia untuk penyelidikan yang termasuk tanggapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuai kritik dari Tiongkok.

Pihaknya malah menuduh Australia telah melakukan tindakan yang kemungkinan diinstruksikan oleh Amerika Serikat.

Baca Juga: Cek Fakta: Viral Video Hujan Es di Cianjur, Tinjau Kebenarannya

Virus corona diyakini berasal dari pasar basah di Pusat Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun lalu.

Virus kini telah menginfeksi sebayak 2,4 juta lebih di dunia dan mencapai angka kematian hingga lebih dari 170.000 kasus. 

Morison dalam Twitternya mengatakan bahwa ia akan berdiskusi dengan Trump mengenai respon kedua negara yakni AS dan Australia terhadap Covid-19.

Juka mendiskusikan untuk membangun serta menjalankan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Mundurnya Stafsus Belva Dianggap Tak Wajar, DPR: Kalau Sesuai Aturan, untuk Apa Mundur?

"Kami juga berbicara tentang WHO dan bekerja sama untuk meningkatan transparansi dan efektivitas tanggapan internasional terhadap pandemi," tulisnya di twtter.

Selain dengan Trump, Morrison juga berdiskusi dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui sambungan telepon.

Dalam hal ini, Gedung Putih sangat kritis terhadap Tiongkok dan WHO, hingga Trump memutuskan untuk menghentikan pendanaan bagi WHO karena menuding lembaga tersebut telah pro-Tiongkok.

Selain itu, Pembuat Undang-undang Senior Australia juga meminta penyelidikan tentang asal-usul virus corona dan mempertanyakan transparansi Beijing atas pandemi yang sekarang sudah melumpuhkan dunia.

Baca Juga: Mundurnya Stafsus Belva Dianggap Tak Wajar, DPR: Kalau Sesuai Aturan, untuk Apa Mundur?

Kedutaan Besar Tiongkok di Canberra mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa anggota parlemen Australia bertindak sebagai corong Trump.

"Saat ini, politisi Australia mempercayai apa yang dikatakan oleh Amerika Serikat," ujar piihaknya.

Ia pun menuding bahwa Australia mengikuti AS dalam melakukan serangan-seranagn politik terhadap Tiongkok.

Diberitakan dalam stus National Post, bahwa hubungan bilateral Australia dan Tiongkok memang buruk beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Mundurnya Stafsus Belva Dianggap Tak Wajar, DPR: Kalau Sesuai Aturan, untuk Apa Mundur?

Pasanya Canberra menuduh Beijing mencampuri urusan dalam negerinya dan meningkatkan kekhawatiran terkait pengaruh Tiongkok yang semakin besar di Pasifik.

Hubungan diplomatik dengan Tiongkok pun memburuk setelah Pemerintah Australia menjadi negara pertama yang mengecualikan pembuat peralatan telekomunikasi Huawei Technologies dan jaringan 5G.

Namun terlepas dari itu, Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Australia, dengan membeli lebih dari sepertiga dari total ekspor negara tersebut dan mengirimkan lebih satu juta jiwa wisatawan dan pelajar ke sana tiap tahun.

Sejauh ini, Bendahara Josh Frydenberg mengatakan bahwa Australia telah mempertahankan hubungan baik untuk sektor komersial dengan Tiongkok karena pekerjaan lokal sangat bergantung pada hal tersebut.

Baca Juga: Bocah 9 Tahun Positif Covid-19, Sempat Kontak dengan 170 Orang Namun Tak Tularkan Virus

"Serangan oleh pejabat Tiongkok terhadap anggota perlemen Australia tidak daat dibenarkan," ujar Frydenberg.

Sejauh ini, Australia tellah menerapkan pembatasan sosial yang ketat, menutup perbatasan untuk non-penduduk dan memaksa penduduk setempat yang kembali dari luar negeri untuk melakukan karantina.

Pembatasan ini diketahui telah berhasil memperlambat penyebaran virus corona di negara tersebut.

Hal itu mendorong Pemerintah untuk kembali membuka sekolah dan rumah sakit untuk penyakit yang tidak mendesak.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: National Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x