PR TASIKMALAYA – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres resmi akan menghadiri Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Hal itu dituturkan oleh juru bicara Sekjen PBB pada Kamis, 9 Desember 2021, setelah Amerika Serikat mengumumkan boikot diplomatik Olimpiade Musim Dingin dan beberapa negara Barat lainnya mengikutinya.
Juru bicara Sekjen PBB mengungkapkan bahwa Antonio Guterres telah menerima undangan untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin.
Karenanya, menurut juru bicara Sekjen PBB, Antonio Guterres menerima undangan itu dan akan menghadirinya.
Baca Juga: Update 11 Kode Redeem ML Mobile Legends, 10 Desember 2021, Raih Hadiah Misterius dari Moonton
"Sekjen menerima undangan dari Komite Olimpiade Internasional untuk menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing dan dia telah menerimanya," kata juru bicara Stephane Dujarric, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera.
Sementara itu, AS mengatakan para atletnya masih akan bertanding, tetapi tidak akan mengirim delegasi diplomatik untuk memprotes pelanggaran hak asasi manusia oleh Tiongkok.
Australia, Inggris dan Kanada juga mengumumkan boikot diplomatik.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Sisi Kamu Menyelesaikan Masalah Bisa Diungkap Orang Lain dari Ini
Langkah itu tetap membuat marah Beijing, yang mengisyaratkan akan dilakukannya pembalasan.
"Penggunaan platform Olimpiade oleh AS, Australia, Inggris, dan Kanada untuk manipulasi politik tidak populer, dan mereka pasti akan membayar harga atas kesalahan mereka," kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin.
Prancis mengatakan tidak memiliki rencana untuk bergabung dengan boikot, dan Presiden Emmanuel Macron menyebut langkah seperti itu tidak signifikan.
Baca Juga: Arab Saudi Larang Kontes Kecantikan Unta Senilai Rp960 Miliar Gegara Hal Ini
Namun kelompok-kelompok advokasi telah mendukung upaya boikot yang dipimpin AS.
Direktur Human Rights Watch Tiongkok, Sophie Richardson, menyebutnya sebagai langkah penting untuk menantang kejahatan pemerintah Tiongkok terhadap kemanusiaan yang menargetkan warga Uighur dan komunitas Turki lainnya.
Para aktivis mengatakan bahwa setidaknya satu juta orang Uighur dan lainnya yang berbahasa Turki telah ditahan di kamp pendidikan ulang di Xinjiang.
Tiongkok juga dituduh mensterilkan perempuan secara paksa dan memaksakan kerja paksa.
Beijing telah mempertahankan kamp-kamp tersebut sebagai pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan untuk mengurangi daya tarik ekstremisme.
Sedangkan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach mengatakan bahwa dia tetap netral secara politik mengenai masalah ini.
Ia bersikeras bahwa poin pentingnya adalah partisipasi para atlet di ajang Olimpiade.***