Pangeran Charles Ungkit Sejarah Perbudakan Saat Pidato di Barbados, Aktivis: Sangat Berani

- 1 Desember 2021, 15:23 WIB
Aktivis menyebut bahwa pernyataan Pangeran Charles tentang sejarah perbudakan saat pidato di Barbados adalah berani.
Aktivis menyebut bahwa pernyataan Pangeran Charles tentang sejarah perbudakan saat pidato di Barbados adalah berani. /REUTERS/Fabrizio Bensch

PR TASIKMALAYA – Aktivis kesetaraan mengomentari pidato Pangeran Charles saat hadir dalam pelantikan kepala negara baru negara itu.

Dalam pidatornya, Pangeran Charles menyinggung soal kekejaman pada masa perbudakan yang disebut akan selamanya menodai sejarah.

Menurut aktivis, pidato Pangeran Charles di Barbados itu termasuk berani, bercejarah, dan menjadi awal dari percakapan dewasa yang akan dilakukan raja masa depan tersebut.

Pangeran Charles berpidato di Barbados dengan menyampaikan kata-kata ibunya, Ratu Elizabeth, saat digantikan oleh pemimpin terpilih.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Pangeran Harry dan Meghan Markle Rupanya Berikan Bantuan Khusus untuk Kerajaan Inggris

Dalam pidato itu ia tidak keberatan untuk merenungkan apa yang disebutnya sebagai hari-hari tergelap di masa lalu dan menatap masa depan yang cerah bagi orang Barbados.

Perbudakan adalah subjek yang rumit bagi keluarga kerajaan, dengan seruan kepada Ratu Elizabeth untuk meminta maaf.

Selain itu, seruan juga dilontarkan agar Inggris melakukan reparasi atas kekayaan besar yang diperoleh negara itu melalui perdagangan budak yang tidak manusiawi.

Raja-raja Inggris berturut-turut mendukung atau menghasilkan uang dari perbudakan, selama abad ke-17 dan ke-18.

Baca Juga: Syakir Daulay ke Ameer Azzikra: Sahabat Sampai Mati Udah Ditepatin, Tinggal se-Surga

Lord Woolley, pendiri dan direktur Operation Black Vote yang menghadiri upacara tersebut, mengatakan pidato itu adalah pernyataan yang sangat berani.

"Pangeran Charles berada di sini, mengatakan 'kami memiliki masa lalu yang sangat kelam, tetapi Barbados memiliki masa depan yang sangat cerah' adalah awal dari percakapan dewasa yang dipimpin oleh calon raja. Sangat berani,” tuturnya.

“Ini memungkinkan kami untuk mengakui, pada tingkat yang paling tinggi, masa lalu yang kelam dan tragis dari mana bangsa ini lahir. Tapi, kemarin menandai kelahiran kembali sebuah negara baru,” tambahnya, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari The Guardian.

Subjek perbudakan tidak hanya rumit untuk keluarga kerajaan, menurutnya, tetaoi juga rumit untuk Inggris sebagai negara.

Baca Juga: Ini Respon Jerinx SID Setelah Polda Metro Jaya Berikan Pernyataan Terkait Kasus Ancaman yang Berlanjut

"Saya mendengar orang Barbados berkata: 'Anda mendengar orang kulit putih ini, Anda mendengar calon raja ini, mengatakan beberapa kebenaran?" ungkap Woolley.

Woolley menyebut bahwa meskipun beberapa orang di Inggris mungkin tidak menyukai kata-kata Pangeran Charles, bagi orang berkulit hitam dan banyak lainnya itu adalah yang benar untuk dikatakan pada waktu yang tepat.

Dr Halima Begum, CEO Runnymede Trust, mengatakan bahwa bagi Pangeran Charles untuk berbicara terus terang tentang perbudakan adalah momen bersejarah.

Ia juga yakin bahwa keputusan berbicara soal perbudakan itu berasal dari Ratu Elizabeth.

Baca Juga: Catat, Inilah Jadwal Perjalanan Kereta Api Stasiun Tasikmalaya Terbaru Desember 2021

Ratu Elizabeth telah menghadapi beberapa panggilan untuk meminta maaf atas leluhurnya, sementara Jamaika baru-baru ini mengatakan akan menuntut kompensasi, mungkin mencari triliunan rupiah sebagai ganti rugi.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah