Hanya Menjabat Selama 7 Jam, Ini Alasan di Balik Lengsernya PM Wanita Pertama Swedia!

- 28 November 2021, 06:09 WIB
Ini sebab Magdalena Anderson harus lengser sebagai perdana menteri (PM) Swedia padahal baru menjabat selama 7 jam.
Ini sebab Magdalena Anderson harus lengser sebagai perdana menteri (PM) Swedia padahal baru menjabat selama 7 jam. / Adam Ihse/TT News Agency via REUTERS/File Photo

PR TASIKMALAYA – Magdalena Anderson berhasil mencetak sejarah baru di Swedia usai terpilih sebagai perdana menteri (PM) wanita pertama di negara kelahiranya tersebut.

Sebelum terpilih sebagai PM wanita pertama di Swedia pada Rabu, 24 November 2021, Magdalena Anderson dikenal sebagai pemimpin dari Partai Social Democratic.

Menariknya, hanya selang tujuh jam resmi menjabat sebagai PM Swedia, Magdalena Anderson tiba-tiba memilih lengser dari posisinya.

Apa alasan di baliknya?

Baca Juga: Pangeran Harry dan Meghan Markle Disebut 'Sumber Stres' oleh Sejarawan Kerajaan Inggris!

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman The New York Times, PM Magdalena Anderson terpaksa lengser dari jabatannya, ketika dirinya baru saja membentuk kabinet yang disusun atas koalisi dua partai minoritas dengan Partai Green.

Selesai membentuk kabinet, PM wanita pertama Swedia tersebut kemudian mengajukan rancangan anggaran untuk mendanai pemerintahannya.

Rancangan anggaran langsung ditolak begitu saja lantaran mayoritas anggota parlemen lebih memilih untuk mendukung pendapat koaliasi partai oposisi yang kebetulan di dalamnya terdapat partai paling berpengaruh di Swedia yaitu Partai Sweden Democrats.

Baca Juga: Link Streaming Pertandingan Napoli vs Lazio di Serie A pada 29 November 2021, Jangan Sampai Terlewatkan!

Ditolaknya anggaran kabinet ini jadi alasan utama kenapa Magdalena Anderson lengser begitu saja dari jabatan PM yang baru saja diembannya selama tujuh jam.

Anggaran kabinet yang ditolak menyebabkan Partai Green hengkang dari koalisi partai yang mendukung PM Magdalena Anderson.

Sehingga PM wanita pertama tersebut pun jadi tidak memiliki dukungan yang cukup kuat di parlemen.

Baca Juga: Raffi Ahmad Ternyata Sudah Siapkan Ini untuk Baby R: Kelak Nanti...

“Berdasarkan praktik konstitusional, pemerintah yang didukung koalisi partai harus mundur apabila ada satu partai yang meninggalkan kabinet," kata PM Magdalena Anderson melalui Facebook.

"Bagi saya hal ini untuk menunjukkan kehormatan dan saya juga tidak ingin memimpin pemerintahan yang nantinya legitimasinya dipertanyakan,” sambungnya.

Mantan perdana menteri Swedia berusia 54 tahun tersebut pertama kali mengumumkan dirinya telah mencetak sejarah baru melalui Facebook sekitar jam 10 pagi waktu setempat.

Baca Juga: Wanita Wajib Tahu! Ini 5 Tanda Bra Terlalu Sempit, Berikut Cara Menemukan Ukuran yang Pas

Kemudian sekitar jam setengah empat sore lebih sedikit, pernyataan susulan dikeluarkan yang isinya menyatakan sang perdana menteri pencetak sejarah telah secara resmi mundur dari jabatannya.

Berdasarkan laporan laman The New York Times, mundurnya sang perdana menteri setelah baru menjabat selama tujuh jam saja tersebut memicu ketidakpastian dalam dunia politik Swedia.

Peristiwa ini menunjukkan betapa rapuhnya pemerintahan di Swedia yang ditunjukkan dengan koalisi partai yang rapuh serta mosi tidak percaya yang dikeluarkan bulan Juni kemarin.

Baca Juga: Link Streaming Super Big Match Chelsea vs Manchester United di Liga Inggris pada 28 November 2021

Mosi tidak percaya yang dikeluarkan bulan Juni lalu berhasil menumbangkan PM Stefan Lofven yang kemudian digantikan oleh Nona Anderson sebagai pemimpin dari Partai Social Democrats.

Bukan cuma mengalami kekacauan di dunia politik, Swedia juga sedang dilanda kesulitan finansial akibat menerima lebih banyak pengungsi ketimbang negara-negara lain di Benua Eropa.

Jumlah pengungsi yang ditampung lebih besar jauh ketimbang pendapatan per kapita negara.

Baca Juga: Kemenkominfo Imbau Masyarakat Tak Bayar Utang ke Pinjol Ilegal: Nggak Usah!

Keputusan menampung banyak pengungsi ini diambil oleh mantan PM Stefan Lofven dan berhasil membuat Partai Sweden Democrats tidak puas lantaran menilai Swedia jadi kebanyakan penduduk yang ‘tidak diperlukan’.

Lengsernya dua perdana menteri dari Partai Social Democrats juga menandakan era baru dalam pemerintahan Swedia yang kini lebih aktif menyuarakan anti imigran juga tak lagi mau mendengar ocehan Uni Eropa.

Hingga saat ini, Swedia masih belum memilih perdana menteri baru sehingga mundurnya Nona Anderson dari jabatannya belum secara resmi disetujui.

Baca Juga: Citra Kirana Singgung soal Masalah Rumah Tangga dengan Rezky Aditya: Jangan Diambil Pusing

Nona Anderson kini melakukan rangkap jabatan sebagai menteri keuangan Swedia sejak tahun 2014 silam juga perdana menteri sementara.

Magdalena Anderson mengatakan bahwa ia akan tetap menjadi perdana menteri sepenuhnya selama parlemen setuju jika pemerintahannya hanya didukung oleh satu partai saja.

Sementara itu, juru bicara Partai Green, Per Bolund mengatakan bahwa partainya tak lagi mau mendukung Magdalena Anderson lantaran tidak puas dengan keputusan parlemen yang lebih setuju dengan pendapat Partai Sweden Democrats.

Baca Juga: Kasus Mutilasi Gemparkan Bekasi, Polisi Temukan Fakta Mencengangkan Ini

Padahal partai tersebut diketahui berakar neo-Nazi dan gencar mengkampanyekan politik anti imigran.

Per Bolund menegaskan sekali lagi bahwa partainya mundur dari koalisi sama sekali tidak ada hubungannya dengan ketidakpuasan terhadap Magdalena Anderson yang terpilih sebagai PM wanita pertama di Swedia.***

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah