PR TASIKMALAYA – Panel independen yang digelar pada Senin, 22 November 2021 membahas tentang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jelang konferensi para menteri kesehatan minggu depan.
Panel itu menyebut bahwa WHO harus diperkuat dengan lebih banyak dana dan kemampuan yang lebih besar untuk menyelidiki pandemi melalui perjanjian baru.
Para ahli mengutarakan bahwa dengan keadaan di WHO saat ini, upaya untuk mengakhiri pandemi Covid-19 tidak merata dan terfragmentasi.
Panel itu mencontohkan dengan akses terbatas ke vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah sementara orang sehat dan kaya di negara-negara kaya mendapatkan suntikan booster.
Baca Juga: 3 Zodiak yang Dianggap Paling Romantis Dibandingkan Zodiak Lainnya Menurut Astrologi!
Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters, ketua panel bersama, mantan perdana menteri Selandia Baru Helen Clark dan mantan presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, mengulangi seruan untuk reformasi mendesak.
Reformasi itu termasuk pembiayaan baru setidaknya 10 miliar dolar atau setara dengan Rp142 triliun per tahun untuk kesiapsiagaan pandemi, dan negosiasi perjanjian pandemi global.
Sebelumnya, panel mengevaluasi bagaimana WHO dan negara-negara anggota telah menangani pandemi.
Baca Juga: 7 Jam Ditaruh di Kamar Mayat, Pria India Berusia 40 Tahun Ini Tiba-tiba Kembali Hidup