Taliban Masih Larang Perempuan Afghanistan untuk Melanjutkan Sekolah Menengah, Ini Alasannya

- 17 Oktober 2021, 21:40 WIB
Ilustrasi. Taliban masih melarang anak perempuan Afghanistan untuk melanjutkan sekolah menengah karena alasan ini.
Ilustrasi. Taliban masih melarang anak perempuan Afghanistan untuk melanjutkan sekolah menengah karena alasan ini. /Pixabay / Wikilmages

PR TASIKMALAYA - Seorang anak Afghanistan, Amena, melihat teman-teman sekelasnya tewas, ketika sekolahnya menjadi sasaran serangan bom ISIS pada Mei, tetapi dia bertekad untuk melanjutkan pendidikannya.

Sekarang, seperti kebanyakan anak sekolah menengah di Afghanistan, dia dilarang mengikuti pelajaran sama sekali setelah pemerintah Taliban melarang mereka kembali bersekolah. 

Pada 18 September, Taliban memerintahkan guru laki-laki dan anak laki-laki berusia 13 tahun ke atas untuk kembali ke sekolah menengah, mengambil tahun ajaran yang telah dipersingkat karena pandemi Covid-19.

Baca Juga: Astrologi: 4 Zodiak yang Paling Hemat, Ada Gemini Si Glamor Namun Suka Menghemat

Dikutip Pikiran-Rakyat-Tasikmalaya.com dari Channel News Asia, Taliban kemudian mengatakan, anak perempuan yang lebih tua dapat kembali ke sekolah menengah, yang sebagian besar sudah terbagi berdasarkan jenis kelamin.

Akan tetapi, hal ini hanya berlaku setelah keamanan dan pemisahan yang lebih ketat di bawah hukum Islam.

“Saya ingin belajar, melihat teman-teman saya dan memiliki masa depan yang cerah, tetapi sekarang saya tidak diizinkan untuk itu,” kata Amena, 16 tahun.

Baca Juga: Iis Dahlia 'Bentak' Suami di Depan Kamera hingga Satrio Dewandono Bereaksi Seperti Ini

“Situasi ini membuat saya merasa tidak enak, sejak Taliban tiba saya sangat sedih dan marah,” tambahnya.

Laporan telah muncul tentang gadis-gadis yang kembali ke beberapa sekolah menengah, seperti di provinsi Kunduz.

Menteri Pendidikan Taliban, mengatakan kepada badan anak-anak PBB, bahwa kerangka kerja untuk memungkinkan semua anak perempuan pergi ke sekolah menengah akan segera diumumkan, kata seorang eksekutif senior UNICEF.

Baca Juga: Dalang Perseteruan Baim Wong dan Kakeh Suhud Terungkap, Ahli Tarot: Dia Mau Pansos

Tapi untuk saat ini, sebagian besar dilarang mengikuti pelajaran di seluruh negara berpenduduk sekitar 39 juta orang, termasuk di ibu kota Kabul.

Sementara itu, sekolah dasar telah dibuka kembali untuk semua anak dan perempuan dapat masuk ke universitas swasta, meskipun dengan pembatasan ketat pada pakaian dan pergerakan mereka.

Amena tinggal tidak jauh dari Sekolah Menengah Sayed Al-Shuhada, di mana 85 orang, terutama gadis-gadis muda tewas dalam serangan bom Mei lalu.

Baca Juga: Serial 'House of Secrets The Burari Deaths', Dokumenter Kriminal Nyata Keluarga di India dari Netflix

“Gadis-gadis yang tidak bersalah dibunuh, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri gadis-gadis yang sekarat dan terluka. Namun, saya masih ingin bersekolah lagi,” kata Amena, yang matanya berkaca-kaca.

Amena mengatakan dia mempunyai mimpi untuk menjadi seorang jurnalis, tetapi sekarang dirinya tidak memiliki harapan di Afghanistan.***

Editor: Gracia Tanu Wijaya

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah