Cepat Bermutasi, Varian Covid-19 Afrika Selatan Dianggap Paling Menular dan Berbahaya!

- 30 Agustus 2021, 13:15 WIB
Varian Covid-19 Afrika Selatan disebut sangat berbahaya karena kemampuan mutasinya.
Varian Covid-19 Afrika Selatan disebut sangat berbahaya karena kemampuan mutasinya. /Pixabay/Syibatulhamdi

PR TASIKMALAYA – Varian Covid-19 yang pertama kali ditemukan para ilmuwan di Afrika Selatan bulan Mei lalu dianggap sebagai jenis paling menular dan berbahaya.

Varian Covid-19 tersebut dikenal dengan nama C.1.2 dan saat ini sudah ditemukan keberadaannya di Inggris, Tiongkok, Kongo, Mauritius, Selandia Baru, Portugal, dan Switzerland.

Menurut para ilmuwan yang bekerja di South Africa’s National Institute for Communicable Diseases and the KwaZulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform, strain C.1.2 ini lebih mudah bermutasi ketimbang virus corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok.

Baca Juga: Ed Asner, Pengisi Suara Kakek Sinis di Film ‘Up’ Meninggal Dunia di Usia 91 Tahun 

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Mirror, kemudahan strain C.1.2 untuk bermutasi mencapai angka 41,8 per tahun.

Angka ini hampir dua kali lipat ketimbang angka mutasi global yang selama ini dicatatkan oleh varian Covid-19 lainnya.

Para ilmuwan saat ini terus mengawasi bagaimana varian Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan ini terus bermutasi dengan sangat cepat.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Objek Pertama yang Terlihat Olehmu dari Gambar akan Mengungkap Dirimu yang Sesungguhnya

Ketika pertama kali ditemukan di bulan Mei lalu, angka mutasinya mengalami kenaikan sebesar 0,2 persen.

Kemudian kembali naik ke angka 1,6 persen di bulan berikutnya dan mencapai dua persen di bulan Juli.

Jika dibandingkan dengan Covid-19 varian Alpha, Beta, dan Gamma, strain C.1.2 memiliki kecepatan mutasi yang sangat luar biasa sehingga strain virus ini lebih mudah ditularkan.

Baca Juga: Doakan Lesti kejora dan Rizky Billar Banyak Mendapat Keturunan, Delon Thamrin: Sah Sah Sah ...

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Nature ini, tiap infeksi Covid-19 yang ditimbulkan strain C.1.2 memiliki jenis mutasi yang berbeda-beda.

Dari hampir 50 persen varian Covid-19 yang memiliki strain C.1.2 di dalamnya, ilmuwan menemukan ada setidaknya 14 mutasi yang terjadi.

Saat ini, para peneliti belum bisa memastikan dampak apa yang ditimbulkan dari kecepatan dan beragam mutasi strain C.1.2.

Baca Juga: Apa Kepribadianmu Termasuk Langka? Cari Tahu Jawabannya dari Gambar yang Dilihat Pertama

Akan tetapi ilmuwan bisa memastikan bahwa adanya strain C.1.2 dalam virus corona bisa lebih mudah melawan antibodi yang ada di dalam tubuh para penderita penyakit Covid-19.

Selain ditemukannya strain C.1.2, Afrika Selatan juga menjadi tempat pertama kali ditemukannya strain B.1.351.

Penemuan strain B.1.351 terjadi di bulan April lalu.

Baca Juga: Hadiri Tasyakuran Lesti Kejora dan Rizky Billar, Ivan Gunawan Gandeng Rossa Jadi Pasangan

Sewaktu pertama kali ditemukan, strain B.1.351 disebut tidak takut menghadapi vaksin Covid-19 Pfizer.

Kurang efektifnya vaksin Covid-19 Pfizer dalam menghadapi strain B.1.351 ini ditemukan oleh peneliti Adi Stern dari Universitas Tel Aviv.

Strain B.1.351 dipercaya memiliki kemampuan mutasi yang luar biasa di bagian protein durinya sehingga antibodi yang dibangun vaksin Covid-19 disebut-sebut kesulitan untuk mendeteksinya.

Baca Juga: Ungkap Harga Gaun Lesti Kejora di Acara Tasyakuran Pernikahan, Caren Delano: Bahannya Mahal Sekali

Saat ini, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mencegah makin menyebarnya Covid-19 adalah dengan divaksin.

Sebab para ahli memprediksi bahwa tahun depan, akan ada varian Covid-19 yang sangat berbahaya dan jauh lebih menular.

Penularan khususnya akan lebih cepat terjadi di antara orang-orang yang belum divaksin sama sekali.

“Covid-22 akan lebih berbahaya dari yang kita hadapi saat ini. Karena itu, berbagai vaksin perlu disiapkan untuk beberapa tahun ke depan karena dunia akan terus berperang,” jelas Dokter Sai Reddy, profesor imunologi dari Federal Technology Institute ETH Zurich.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Sumber: Mirror


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x