“Rasanya seperti perang,” jelas Kim kepada Reuters sembari memperlihatkan peta daring yang tampak di layar ponselnya.
Di peta tersebut terlihat jelas tidak ada lagi vaksin Covid-19 yang tersisa di sebelah selatan Seoul, Korea Selatan.
“Tidak pernah mendapatkannya meski seberapa kerasnya kamu memencet layar. Dan aku merasa marah juga putus harapan. Buang-buang waktu,” lanjut Kim.
Kim Hyun Jin merupakan satu dari sekian banyak anak muda Korea Selatan yang merasa dianaktirikan oleh pemerintah dalam urusan pemberian vaksin Covid-19.
Sebab pemerintah lebih memprioritaskan lansia yang dinilai rentan terhadap penyakit Covid-19.
Baca Juga: Inul Daratista dan Vicky Burki Bertemu, Keduanya Miliki Hobi yang Sama, Apakah Itu?
“Aku tidak akan melakukan ini (perang jempol) jika seandainya pemerintah punya cukup pasokan vaksin. Meningkatnya angka infeksi juga tidak akan terjadi,” keluh Kim.
Keluhan yang menyalahkan pemerintah ini pun ditulis banyak anak muda Korea Selatan di Kopas, forum daring untuk mahasiswa.
Di Kopas, banyak mahasiswa menuduh pemerintah Korea Selatan gagal mengamankan dosis vaksin Covid-19 hingga berakhir mengorbankan anak muda yang sebenarnya sama-sama rentan di mata pandemi ini.