Bahas Isu Tentang Islamofobia dan Gerakan Anti-Muslim, Turki Undang Uni Eropa untuk Berdialog

- 2 Desember 2020, 09:20 WIB
Bendera Turki
Bendera Turki /Pixabay/Sevgi001461 /


PR TASIKMALAYA - Direktur Komunikasi Turki Fahrettin Altun pada Selasa, 1 Desember 2020 mengatakan bahwa kerja sama dan kolaborasi Turki dan Uni Eropa sangat penting. 

“Kami menginginkan dan mengejar hubungan yang lebih dekat dengan Uni Eropa. Kerja sama dan kolaborasi kami adalah kunci untuk melawan pesan kebencian dan diskriminasi di Eropa,” ujar Altun ketika berbicara di TRT World Forum yang diselenggarakan oleh penyiar publik berbahasa Inggris Turki.

Ia mengatakan satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa mereka tidak
memiliki masalah dengan Muslim dunia adalah dengan menghormati Turki. 

Baca Juga: Komentari Kemarahan Morrison, Pria Tiongkok Pembuat Foto Tentara Australia Beri Tanggapan Sinis

“Kami memberitahu Eropa kami bahwa dialog adalah satu-satunya elemen yang akan memajukan hubungan kami,” ujarnya lagi.

Lebih lanjut, Altun juga diketahui telah mengundang negara-negara Uni Eropa untuk bertindak melawan sentimen anti-Muslim dan anti-pengungsi.

Laporan insiden terkait kebencian anti-Muslim dan isu islamofobia telah mengirimkan sinyal perselisihan ke seluruh Eropa.

Bahkan, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh profesor Tobias Singelnstein dari Ruhr-University Bochum baru-baru ini mengungkapkan bahwa ada masalah struktural dalam pemecahan masalah islamophobia di Jerman.

Baca Juga: Ellen Page, Aktris Film X-Men Umumkan Perubahan Identitasnya sebagai Transgender

Selain itu, Isu islamofobia dengan wacana populis dan kebijakan politisi seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Austria Sebastian Kurz yang menerapkan hukum yang membatasi hak-hak fundamental Muslim telah mengundang respon dan protes berbagai negara di seluruh dunia.

Islamofobia di Prancis telah menjadi isu kekerasan, karena beberapa insiden terutama insiden di mana polisi memperlakukan empat anak Muslim, tiga di antaranya Turki, sebagai teroris, menahan anak sekolah berusia 12 tahun selama 11 jam dan membuka penyelidikan atas kecurigaan "teroris" dan “propaganda”.

Selain itu, Altun juga menyinggung hubungan Turki dengan AS, yang tegang karena berbagai ketidaksepakatan.

Berbagai masalah, termasuk dukungan Washington untuk teroris di Suriah, rudal S-400, dan ekstradisi Fetullah Gülen, dalang upaya kudeta 15 Juli 2016, yang
diatur oleh Gülenist Terror Group (FETÖ), telah menyebabkan meningkatnya ketegangan antara dua Negara itu.

Baca Juga: Komentari Kemarahan Morrison, Pria Tiongkok Pembuat Foto Tentara Australia Beri Tanggapan Sinis

“Sayangnya, Turki, sekutu NATO, telah melihat perlakuan bermusuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Washington dalam beberapa tahun terakhir. Perjuangan kami yang teguh dan tak tergoyahkan melawan teroris, sebut mereka PKK atau Daesh, telah berubah dengan cara yang tidak bisa dimengerti,” lanjut Altun.

Ia berharap Amerika Serikat, di bawah pemerintahan barunya bisa memperbaiki hubungannya yang normal dengan sekutunya dan menunjukkan rasa hormat pada kepentingan mereka.

"Karena umat manusia menjadi kurang bergantung pada satu negara untuk
kepemimpinan politik dan pertumbuhan ekonomi, kita harus membangun tatanan baru yang memperhatikan hak dan kepentingan semua orang," imbuhnya.

Direktur komunikasi Turki ini juga menggarisbawahi bahwa kerja sama dan solidaritas internasional harus terus ditingkatkan saat dunia memasuki periode baru dengan berbagai tantangan dan permasalahan yang terjadi terutama pandemi Covid-19.

Baca Juga: Ellen Page, Aktris Film X-Men Umumkan Perubahan Identitasnya sebagai Transgender

“Karena pandemi Covid-19 memengaruhi semua aspek kehidupan, kami harus
meningkatkan upaya kami untuk memerangi disinformasi dan kebencian dengan langkah-langkah pelengkap di bidang lain, termasuk kebijakan luar negeri,” tegas Altun.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x