Raja Yordania dan Presiden Palestina Bertemu, Joe Biden Jadi Harapan Jalan Damai Konflik Arab-Israel

- 30 November 2020, 18:41 WIB
PRESIDEN terpilih, Joe Biden.*
PRESIDEN terpilih, Joe Biden.* /Instagram.com/@joebiden/

PR TASIKMALAYA - Raja Yordania Abdullah pada hari Minggu, 29 November 2020 diketahui telah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin memperbincangkan tentang harapannya kepada Presiden terpilih AS Joe Biden agar dapat menghidupkan kembali pembicaraan damai mengenai solusi dua negara untuk konflik Arab-Israel yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Setelah bertemu Mahmoud Abbas di pelabuhan Laut Merah Aqaba, Raja Yordania yang telah mengungkapkan menyatakan dukungannya terhadap kenegaraan Palestina meskipun kebijakan Israel dan rencana perdamaian Timur Tengah Trump sebelumnya diprediksi akan menyebabkan konflik.

Baca Juga: Meninggalnya Maradona Dirasa Janggal, Dokter Pribadinta Diduga Lakukan ‘Pembunuhan Tak Disengaja’

"Yang Mulia menekankan Yordania berdiri dengan semua sumber dayanya di samping Palestina dalam mencapai hak sah mereka untuk mendirikan negara merdeka," ungkap Raja dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dalam Reuters.

Dalam percakapan pertamanya dengan seorang pemimpin Arab sejak pemilihannya awal bulan ini, Joe Biden berbicara dengan Raja Abdullah pekan lalu dan mengatakan bahwa ia berharap untuk bekerja sama dalam "mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina."

Pemerintahan Trump telah membalikkan beberapa dekade kebijakan AS tentang konflik tersebut, menahan diri untuk tidak mendukung solusi dua negara, formula internasional lama yang membayangkan negara Palestina hidup berdampingan dengan Israel.

Baca Juga: Erupsi Gunung Api Ili Lewotolok, Berikut 3 Tip Sikapi Kenaikan Aktivitas Vulkanik

Para diplomat mengatakan bahwa Raja merupakan sekutu setia AS yang menjadi salah satu pemimpin Arab pertama yang memberi selamat kepada Biden.

Adapun ucapan selamat tersebut diampaikannya karena melihat kebijakan Trump yang dianggap mengesampingkan peran kerajaan yang pernah sangat penting dalam penciptaan perdamaian Arab-Israel dengan dukungan penuh dari kebijakan sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Yordania, yang kehilangan beberapa bagian wilayahnya termasuk Yerusalem Timur ke Israel selama perang Arab-Israel 1967, diketahui berada di jantung konflik dengan lebih dari 7 juta warganya yang berasal dari Palestina.

Baca Juga: Temukan Jasad Perempuan Dalam Koper di Mekkah, Kepolisian Arab Saudi Amankan Dua Orang WNI

Sehingga, rencana perdamaian Trump sebelumnya dipandang sebagai ancaman eksistensialis bagi Yordania dengan runtuhnya negara Palestina melalui aneksasi sebagian besar Tepi Barat yang mendorong kerajaan itu menjadi negara alternatif bagi Palestina.

Selain itu, pemerintahan Trump juga sempat mengundang kemarahan Yordania dan Arab ketika dikatakan tidak lagi memandang permukiman Israel di Tepi Barat sebagai hal yang "tidak sesuai dengan hukum internasional".

Abbas, yang tiga tahun lalu memutuskan kontak dengan pemerintahan Trump, menuduhnya bias pro-Israel.

Baca Juga: Tak Ubah Target Partisipasi Pemilih Pilkada Serentak 2020, KPU: Motivasi Bagi Jajaran Penyelenggara

Namun pada Senin mendatang diketahui akan menuju ke Kairo untuk mencari dukunganbagi kebangkitan pembicaraan damai berdasarkan solusi dua negara tersebut. ***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah