Joe Biden Unggul Sementara dalam Quick Count, Trafalgar Group: Banyak Pemilih Trump yang 'Pemalu'

4 November 2020, 15:24 WIB
Donald Trump Berencana Blokir Pengunduhan TikTok dan WeChat di AS Pada Hari Minggu /Instagram/@realdonaldtrump

PR TASIKMALAYA – Berdasarkan hasil quick count sementara Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS), Joe Biden mengungguli Trump.

Namun, beberapa pengamat mengatakan bahwa Trump memiliki senjata rahasia untuk memenangkan pilpres AS.

Pasalnya, hal tersebut terjadi seperti pemilihan 2016 lalu. Ketika Trump terpilih menjadi presiden, meski beberapa data survei mengklaim bahwa Trump memiliki suara yang rendah.

Baca Juga: Tolak Hasil Pilpres, Ribuan Warga Pantai Gading Melarikan Diri ke Luar Negeri

Menariknya, berdasarkan keterangan yang diberikan oleh media AS Trump memiliki pemilih yang malu mengakui bahwa dirinya mendukung Trump di dalam pemilu.

Oleh karena itu, pemilih pemalu tersebut menjadi senjata rahasia kemenangan Trump dalam ajang Pilpres AS.

Pemilih pemalu merupakan pemilih yang mendukung Trump, namun enggan bersuara memberikan dukungan kepada Trump ketika melakukan survei. Dengan kata lain, hal tersebut bisa menjadi boomerang bagi kemenangan Biden.

Baca Juga: Kurangi Ketergantungan Alat Keamanan Dari Luar Negeri, Indonesia Kembangkan Kerja Sama Dengan Turki

Seperti yang dituturkan The Trafalgar Group, bahwa pendukung Trump kurang terwakili dalam mayoritas survei yang dilakukan. Selain itu, pihaknya menambahkan bahwa ada suara tersembunyi yang tidak diperhitungkan dalam sebagian besar survei yang dilakukan.

“Ada lebih banyak pemilih Trump yang pemalu daripada terakhir kali dan itu bahkan bukan sebuah kontes. Kami tinggal di negara di mana orang-orang akan berbohong kepada akuntan mereka, mereka akan berbohong kepada dokter mereka, mereka akan berbohong kepada pendeta mereka, dan kami seharusnya percaya mereka membuang semua itu ketika mereka berbicara di telepon dengan orang asing,” jelas Cahaly seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari RRI pada Rabu 4 November 2020.

Cahaly menambahkan, sangat memungkinkan kondisi dan situasi pemilihan pilpres 2020 sama dengan kondisi pemilihan 2016 lalu.

Baca Juga: Habib Rizieq Akan Kembali ke Indonesia, Polri: Ya Pulang Saja Selama Ini Kita Tak Pernah Usir

Bahkan pengamat Jon Mchenry dari North Star Opinion-Research, tidak memperkirakan adanya pendukung pemalu yang memberikan suaranya kepada Trump.

“Saya tidak dapat secara pasti mengatakan tidak ada bias respons, tetapi saya skeptis, dan itu pasti tidak akan cukup untuk menjelaskan deficit nasional yang kita lihat,” jelasnya.

Selain itu, fenomena pemilih pemalu juga ditanggapi oleh The Washington Post.

Baca Juga: Dukung Ekonomi Hijau, Indonesia Dorong Program Waste to Energy

“Penjelasan yang lebih mungkin adalah bahwa lembaga survei kurang terwakili pemilih berpendidikan non-perguruan tinggi tahun 2016, yang berarti sebagian besar kelas politik gagal memperhatikan besarnya lonjakan suara yang diberikan kepada Trump,” pungkasnya.***

 

Editor: Tita Salsabila

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler