Pejabatnya Dibunuh oleh Militer Korea Utara, Menlu Korsel: Upaya Perdamaian Akan Tetap Berjalan

26 September 2020, 10:30 WIB
Ilustrasi bendera Korea Utara.* /Pixabay/Chickenonline./

PR TASIKMALAYA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menyatakan permintaan maaf kepada Korea Selatan atas insiden pembunuhan salah satu warganya awal pekan ini.

Korea Utara melaporkan kepada Korea Selatan hasil penyelidikan dari United Front Department (UFD), organisasi Partai Pekerja yang menangani hubungan antar-Korea, tentang apa yang terjadi.

Korut mengatakan pria "tak dikenal" itu melintasi perbatasan laut barat tanpa izin dan tidak menanggapi dengan serius pemeriksaan keamanan verbal.

Baca Juga: Pesawat Militer yang Membawa Taruna Angkatan Udara Jatuh di Ukraina dan Menewaskan 22 Orang  

Pemimpin Korea Utara berpendapat apa yang seharusnya tidak terjadi telah terjadi dan berulang kali menekankan perlunya mengambil tindakan untuk mencegah kasus yang "disesalkan" itu terulang kembali sehingga kepercayaan dan hubungan saling menghormati antar-Korea tidak akan berantakan.

Pejabat Kementrian Perikanan Korea Selatan yang ditembak mati tersebut sebelumnya dinyatakan hilang selama dua jam sebelum ditemukan dan dibunuh, kata seorang anggota parlemen Korut, Jumat, 25 September 2020.

Mengutip intelijen militer Korea Selatan, utusan Min Hong-chul, politisi Partai Demokrat Korea Selatan, mengatakan tentara Korea Utara mengawasi pejabat perikanan itu selama tiga jam pada hari Selasa saat ia mengapung di atas rakit di perairan dekat perbatasan laut barat antar-Korea.

Baca Juga: Selalu Menyuguhkan Wisata Eksotis, Bali Akan Jadikan Garam Kusamba sebagai Tujuan Wisata Alternatif

"Militer (Korea Selatan) melaporkan bahwa saat itu dia hilang, tetapi pada kenyataannya (militer Korea Utara) dikatakan sudah mencarinya selama sekitar dua jam," ujar Min Hong-chul, ketua Komite Pertahanan Nasional Majelis Nasional, pada saat wawancara di dengan radio MBC.

Korea Utara kemudian menemukannya dan menunggu sekitar satu jam sampai mereka menerima perintah untuk menembak orang Korea Selatan itu.

Pengungkapan itu muncul setelah Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada hari Kamis, 24 September 2020, bahwa pria berusia 47 tahun itu diawasi oleh Korea Utara selama enam jam sebelum ditembak mati kemudian dibakar.

Dalam panggilan telepon dengan Kantor Berita Yonhap, anggota parlemen lain yang bertugas di komite mengatakan bahwa tali yang digunakan oleh Korea Utara untuk menyeret pejabat itu putus.

Baca Juga: Jazz Gunung Bromo, Salah Satu Usaha untuk Bantu Perkuat Wisata Indonesia Usai Covid-19

Min pun menambahkan bahwa militer Korea Selatan percaya Korea Utara berusaha menyelamatkan pejabat itu dan tidak jelas mengapa perintah itu berubah.

"Berdasarkan berbagai kabar, telah dipastikan bahwa dia menyatakan keinginannya untuk membelot (ke pasukan Korea Utara)," kata Min.

Ia juga mengutip laporan bahwa pejabat itu mengenakan pelampung, meninggalkan sepatunya di kapal tempat dia menghilang, dan menempelkan benda mengambang lain pada dirinya sendiri.

Menteri Luar Negeri Kang Kyung-wha mengatakan pada hari Jumat, 25 September 2020, bahwa keterlibatan dengan Korea Utara menuju denuklirisasi dan perdamaian harus terus berlanjut meskipun Korut telah secara brutal menghabisi seorang pejabat Korea Selatan.

Baca Juga: Heboh Tokoh PKI DN Aidit Disebut Keturunan Habaib, Habib: Tolong Bedakan Marganya

Pembunuhan itu memperburuk hubungan antar-Korea, sehingga Presiden Moon Jae-in medeklarasikan secara resmi akhir Perang Korea dalam pidato Majelis Umum PBB awal pekan ini.

"Terlibat dengan Korea Utara, negara yang sangat tertutup dan terpencil, itu sangat sulit dan membuat frustrasi. Dibutuhkan banyak kesabaran, kesiapan, dan niat baik. Tetapi saya pikir pada akhirnya kita harus tetap berada di jalur perdamaian,” kata Kang Kyung-wha dalam seminar virtual yang diselenggarakan oleh Asia Society yang berbasis di AS, sebuah yayasan nirlaba, pada Sidang Umum PBB ke-75.

Seoul mengutuk keras pembunuhan itu sebagai tindakan yang tidak manusiawi dan tidak dapat diampuni, serta menuntut Pyongyang untuk meminta maaf dan menghukum mereka yang bertanggung jawab.

Baca Juga: WHO Mendukung dan Memahami Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Buatan Tiongkok

Kang juga mengatakan bahwa Seoul akan tetap berkomitmen untuk memajukan proses perdamaian berdasarkan dukungan komunitas internasional dan aliansi kuat dengan Amerika Serikat.

"Kami akan mengkonsolidasikan perdamaian dan, jika mungkin, kemakmuran bersama dengan Korea Utara dengan dukungan yang setia dari komunitas internasional berdasarkan pada postur pertahanan gabungan yang solid dari aliansi ROK-AS (Republic of Korea-AS)," pungkas Kang. ***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Korea Herald

Tags

Terkini

Terpopuler