Dibuat Terkejut, Ilmuwan AS dan Jepang Temukan Mikroba Zaman Dinosaurus yang Masih Bisa Hidup

29 Juli 2020, 12:00 WIB
Salah satu sampel yang dikumpulkan selama ekspedisi Pacific South Gyre.* // PA/ Daily Star

PR TASIKMALAYA - Tim ilmuwan yang bekerja di AS dan Jepang percaya mereka telah membuktikan bahwa tidak ada batas bagi mikroba untuk hidup di mana pun.

Mereka berhasil menghidupkan kembali mikroba kuno yang ada di dalam dasar laut selama lebih dari 100 juta tahun yang lalu.

Mereka menemukan bahwa mikroorganisme laut mampu tumbuh dan membelah, bahkan setelah hidup lama sejak dinosaurus masih ada di planet ini.

Baca Juga: Tanggapi Gugatan yang Dilayangkan Syakir Daulay, Pihak Label: Dia Adalah Artis yang Tidak Tahu Diri

Para peneliti mengaku terkejut dengan temuan yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications itu.

Rekan penulis studi Steven D'Hondt, seorang profesor di Universitas Rhode Island, mengatakan bahwa tujuan penelitian itu adalah untuk memahami seperti apa kehidupan di sedimen laut yang paling mematikan.

"Kami tahu bahwa ada kehidupan di endapan yang dalam di dekat benua tempat banyak bahan organik terkubur," ujar D'Hondt, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Daily Star.

Baca Juga: Telah Diserang oleh Berbagai Pihak Soal Program POP, Nadiem Makarim Kini Sampaikan Permohonan Maaf

Namun kemudian mereka tak sengaja menemukan kehidupan yang luas di lautan dalam dari dasar laut sampai ke lantai dasar berbatu yang mendasarinya.

Para peneliti menganalisis sampel sedimen purba yang dikumpulkan 10 tahun lalu selama ekspedisi ke Pesisir Pasifik Selatan.

Sampel dikumpulkan dari hingga 75 meter di bawah dasar laut dan hampir 6.000 meter di bawah permukaan laut, di mana kondisi kehidupan sangat keras dan nutrisi yang memicu rantai makanan laut terbatas.

Baca Juga: Dinilai Tak Becus Tangani Kasus Djoko Tjandra, Kepala BIN Dikecam untuk Dipecat dari Jabatan

Lapisan sedimen, yang terdiri dari salju laut (bahan organik yang jatuh dari permukaan laut) dan debu, diperkirakan telah diendapkan selama 13 hingga 101,5 juta tahun yang lalu.

Para peneliti juga menemukan oksigen hadir di semua sampel yang dianalisis.

"Pertanyaan utama kami adalah apakah kehidupan bisa ada dalam lingkungan yang terbatas nutrisi atau jika ini adalah zona tanpa kehidupan," ujar Penulis utama Yuki Morono, dari Badan Jepang untuk Sains dan Teknologi Kelautan-Bumi (JAMSTEC).

Baca Juga: Bertemu di Pemakanan Putranya, Seorang Nenek Janda 71 Tahun Menikahi Bocah Berusia 17 Tahun

Ia mengatakan bahwa mereka ingin tahu berapa lama mikroba dapat mempertahankan hidup mereka bahkan dalam kondisi hampir tidak adanya makanan.

Para peneliti mengekstrak mikroba dari sedimen untuk tumbuh di laboratorium dan menemukan beberapa mikroorganisme merespon dengan cepat kondisi inkubasi.

Analisis genetik mengungkapkan sebagian besar mikroba ini adalah bakteri aerob, yang membutuhkan oksigen untuk hidup.

Baca Juga: Bertemu di Pemakanan Putranya, Seorang Nenek Janda 71 Tahun Menikahi Bocah Berusia 17 Tahun

"Awalnya saya skeptis, tetapi kami menemukan bahwa hingga 99,1% mikroba dalam endapan yang disimpan 101,5 juta tahun lalu masih hidup dan siap untuk dimakan," ujar Dr Morono.

Dia percaya bahwa kehidupan mikroba di sub-dasar laut sangat lambat dibandingkan dengan kehidupan di atasnya.

Sehingga kecepatan evolusi mikroba ini akan lebih lambat juga.

Baca Juga: Akui Tak Sepaham dengan Partainya, Politis Senior Amien Rais Sebut Dirinya Dipecat oleh Ketua PAN

"Kami ingin memahami bagaimana atau jika mikroba kuno ini berevolusi," tambahnya lagi.

"Dalam sedimen tertua yang telah kami bor, dengan jumlah makanan paling sedikit, masih ada organisme hidup, dan mereka dapat bangun, tumbuh, dan berkembang. Mungkin tidak ada batasan untuk hidup di mana pun," ujar Prof D'Hondt.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Star

Tags

Terkini

Terpopuler