Berlangsung Dramatis, Gerhana Matahari 'Cincin Api' yang Langka akan Meredupkan Asia dan Afrika

20 Juni 2020, 14:39 WIB
GERHANA Matahari Cincin ( GMC) dan Cincin Api Solstis terjadi pada 21 Juni 2020, apakah di Indonesia akan dilalui fenomena tersebut? /Pusat Sain Antariksa LAPAN/.*/Instagram @lapan_ri

PR TASIKMALAYA - PARIS Skywatchers di sepanjang jalur sempit dari Afrika barat ke Semenanjung Arab, India dan Tiongkok selatan diperkirakan akan menyaksikan gerhana matahari 'cincin api' yang paling dramatis untuk membayangi Bumi selama bertahun-tahun.

Gerhana matahari yang disebut dengan cincin api solistis itu diperkirakan akan terjadi pada Minggu, 21 Juni 2020.

Gerhana annular terjadi ketika bulan yang melintas di antara Bumi dan matahari tidak cukup dekat dengan planet kita untuk sepenuhnya mengaburkan sinar matahari, membuat cincin tipis cakram matahari terlihat.

Baca Juga: Miliki Kekuatan Global, G7 Desak Tiongkok untuk Mempertimbangkan Undang-Undang Keamanan Hong Kong

Gerhana matahari cincin api hanya terjadi setiap setahun atau dua tahun sekali dan hanya bisa dilihat melalui jalur sempit di planet ini.
 
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Channel News Asia, gerhana yang terjadi pada Minggu itu akan tiba pada hari terpanjang di belahan bumi utara tahun ini, yang merupakan titik balik matahari musim panas, ketika kutub utara Bumi dimiringkan langsung ke arah matahari.

'Cincin api' pertama-tama akan terlihat di Republik timur laut Kongo pada pukul 5.56 pagi waktu setempat hanya beberapa menit setelah matahari terbit. Ini adalah titik durasi maksimum, di mana akan terjadi langit sedikit mendung yang berlangsung 1 menit dan 22 detik.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Beredar Klaim Video Warga Arab Menggelar Pesta di Puncak Bogor

Melengkung ke arah timur melintasi Asia dan Afrika, ia akan mencapai 'gerhana maksimum' - dengan lingkaran cahaya matahari yang sempurna di sekitar bulan di atas Uttarakhand, India di dekat perbatasan Sino-India pada pukul 12.10 malam waktu setempat.

Kemudian pemandangan gerhana akan berubah menjadi lebih spektakuler, namun tidak bertahan lama, di mana penyelarasan yang tepat dari Bumi, bulan, dan matahari yang akan terlihat hanya selama 38 detik saja.

"Gerhana annular terlihat dari sekitar 2 persen dari permukaan Bumi. Ini seperti beralih dari 500 watt ke bola lampu 30 watt. Ini cahaya yang dingin," kata Florent Delefie, seorang astronom dan Observatorium Paris, mengatakan kepada AFP.

Baca Juga: Picu Ketegangan dengan Korsel, Korea Utara Hanya Ingin Merebut Perhatian AS

Ia mengatakan bahwa gerhana matahari 'cincin api' ini akan membuat hewan-hewan ketakutan dan kembali tertidur.

Gerhana penuh akan terlihat di suatu tempat di Bumi selama kurang dari empat jam, dan salah satu tempat terakhir untuk melihat matahari yang sebagian tersembunyi adalah Taiwan sebelum jalurnya menuju ke Pasifik.

Orang-orang di 14 negara yang berada di kedua sisi garis tengah juga akan melihat cahaya yang cukup mengurus, namun bukan 'cincin api'. Fenomena ini menjadi kejadian penting untuk dilihat.

Baca Juga: Israel dan Lebanon Saling Kerahkan Kekuatan, Tentara Indonesia Berhasil Hadang Tank Merkava Israel

"Cuaca yang baik adalah kunci keberhasilan pengamatan gerhana. Lebih baik melihat gerhana yang lebih pendek dari langit yang cerah daripada gerhana yang lebih panjang di bawah awan," kata ahli astrofisika Fred Espenak, pakar prediksi gerhana, di situs NASA Eclipse.

Gerhana matahari selalu terjadi sekitar dua minggu sebelum atau setelah gerhana bulan, ketika bulan bergerak ke bayangan bumi. Gerhana bulan terlihat dari sekitar setengah dari permukaan bumi.

Sementara itu, gerhana matahari kedua pada 2020 akan terjadi pada 14 Desember di Amerika Selatan. Karena bulan akan sedikit lebih dekat ke Bumi, ia akan sepenuhnya menghalangi cahaya matahari.

Baca Juga: Mengaku Anggota BNN, Seorang Pemuda Tiduri dan Curi Uang PSK

Diperlukan waktu kurang dari 100 menit bagi jalur gerhana ini untuk bergerak melintasi benua. 

Bahkan jika hari sudah gelap, melihat gerhana matahari dengan mata telanjang itu berbahaya. Kacamata hitam yang tidak menyaring sinar UV juga tidak menawarkan perlindungan apa pun.

"Matahari begitu cerah sehingga bahkan ketika hanya ada bagian kecil yang terlihat, itu masih berbahaya bagi mata," katanya.***

 
Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler