Disebut Rawan Tularkan Virus Corona, Seorang Dokter Diusir dari Apartemennya

26 April 2020, 20:29 WIB
ILUSTRASI tenaga medis dan Alat Pelindung Diri (APD).* /ANTARA/ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT - Stigma akan virus corona terhadap tenaga medis dunia, kini dirasakan seorang dokter di Kota Cali, Kolombia, ia mengatakan, bahwa dirinya terusir dari apartemen pribadi yang baru delapan hari mulai ia tinggali.

Bermula saat tetangganya khawatir, ia akan menularkan virus corona (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19 kepada warga apartemen, membuat ia semakin tersudut hingga terusir.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reuters, insiden itu merupakan salah satu contoh diskriminasi yang dihadapi para tenaga medis di kawasan Amerika Latin.

Baca Juga: Update Covid-19 Dunia Minggu, 26 April 2020: Corona Serang Hampir 3 Juta Penduduk Bumi

Tidak hanya itu, beberapa dari tenaga kesehatan juga kerap diserang sejumlah oknum yang khawatir mereka akan tertular virus.

Christian Botache, dokter berusia 22 tahun, pindah dari rumah keluarganya ke apartemen saat kasus COVID-19 mulai ditemukan di Kolombia.

Ia pindah demi melindungi anggota keluarganya yang berusia lanjut dan berisiko terserang penyakit kronis.

Baca Juga: Kabar Kim Jong Un Meninggal, Satelit Tangkap Kereta Api Miliknya Parkir di Kawasan Elite

Walaupun demikian, para tetangga barunya di apartemen memprotes kedatangan Botache dan meminta pemilik apartemen mengusir dia.

"Pemilik gedung memberi tahu bahwa penghuni lain takut dan mereka akan pindah jika saya tidak pergi," kata Botache saat dihubungi via sambungan telepon video. Pengelola apartemen meminta dia pergi, dokter itu menambahkan.

Sampai saat ini, pemilik gedung dan penghuni apartemen belum dapat dihubungi untuk diminta tanggapan mengenai insiden pengusiran.

Baca Juga: Ibu Kota Baru Indonesia Disebut Terancam Potensi Tsunami, Begini Tanggapan dari Pakar ITB

Pemerintah Kolombia melaporkan lebih dari 4.500 orang telah positif tertular virus dan 210 di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, lebih dari 300 tenaga kesehatan ikut terjangkit Covid-19 dan empat di antaranya meninggal, menurut keterangan Institut Kesehatan Nasional Kolombia.

Kasus diskriminasi terhadap tenaga medis di Kolombia juga dialami seorang ahli anestesi di Bogota. Ia dilarang memasuki area bersama di tempat tinggalnya.

Baca Juga: Saat Trump Sebut Kritisnya Kim Jong Un Palsu, TV Hong Kong Berani Siarkan Berita Kematian

Sejumlah media lokal memberitakan grafiti bernada ancaman ditemukan di salah satu dinding apartemen tenaga medis itu.

Lewat grafiti itu, seseorang yang tidak diketahui jati dirinya mengancam akan membunuh keluarga ahli anestesi itu apabila dia tidak ke luar dari tempat tinggalnya.

Bagi para tenaga kesehatan yang berjuang melawan penyakit, sikap permusuhan itu jadi cukup menyedihkan.

Baca Juga: Analis Saham Ungkap Ada Hal yang Lebih Sulit Pulih Dibandingkan Virus Corona yang Merebak

"Saya kehilangan kendali dan mulai menangis, Lewat telepon, keluarga meminta saya tenang... saya tidak mendengar apa yang mereka katakan, saya tidak bisa bicara karena menangis," ujar Botache.

Botache saat ini telah pindah ke apartemen lain. Ia mengungkap kekecewaan itu ketika menerima perlakuan tersebut.

"Saya sangat kecewa tidak hanya dengan tetangga, tetapi saya kecewa melihat bagaimana kemanusiaan menyikapi rasa takut,

Baca Juga: Warga AS Beramai-Ramai Datang ke Pantai di Tengah Puncak Covid-19 di Negara Tersebut

"Dan khawatir terhadap sesuatu yang tidak diketahui, dan ketidakpedulian yang saat ini jadi karakter banyak orang," tutur Botache.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler