PBB Sebut Taliban Membunuh Ratusan Mantan Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan: Memperburuk Ketakutan

15 Desember 2021, 13:33 WIB
Melalui sebuah laporan, PBB mengungkapkan bahwa Taliban telah membunuh lebih dari 100 mantan pasukan keamanan nasional Afghanistan. /Reuters/

PR TASIKMALAYA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan telah menerima tuduhan yang dapat dipercaya tentang pembunuhan terhadap lebih dari 100 mantan pasukan keamanan nasional Afghanistan.

Selain itu, menurut PBB, tuduhan itu juga menyebut bahwa Taliban menargetkan mereka yang terkait dengan bekas pemerintah Afghanistan sejak diambil alih 3 bulan lalu.

Pembunuhan itu, lanjut PBB, sebagian besar dilakukan oleh pihak Taliban yang berkuasa.

Taliban mengambil alih Afghanistan dalam serangan militer yang cepat pada pertengahan Agustus di tengah penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat dari negara itu.

Baca Juga: Deretan Makanan Pencegah Kanker Payudara, Ada Kacang-kacangan

Dalam pidatonya kepada Dewan Hak Asasi Manusia pada hari Selasa, Nada Al-Nashif, wakil komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, mengatakan setidaknya 72 dari lebih dari 100 dugaan pembunuhan dikaitkan dengan Taliban.

Dalam beberapa kasus, Al-Nashif menambahkan bahwa mayat-mayat itu ditampilkan di depan umum.

“Ini telah memperburuk ketakutan di antara kategori populasi yang cukup besar ini,” tandasnya, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Prediksi Skor Crystal Palace vs Southampton di Liga Inggris Kamis 16 Desember 2021

Hingga saat ini tidak ada komentar langsung dari Taliban.

Selain itu, Al-Nashif mengatakan setidaknya 50 tersangka anggota afiliasi lokal ISIL (ISIS) yang dikenal sebagai ISIS-Provinsi Khorasan, ISKP (ISIS-K) tewas dengan cara digantung dan dipenggal di provinsi Nangarhar.

Dia menggambarkan pemerintahan Taliban ditandai dengan pembunuhan di luar proses hukum di seluruh negeri dan pembatasan hak-hak dasar wanita dan anak perempuan.

Baca Juga: Ini Awal Masalah Kesehatan Wanita Kata dr. Zaidul Akbar

Sebuah dekrit Taliban awal bulan ini melarang pernikahan paksa tetapi tidak merujuk pada hak-hak wanita dan anak perempuan untuk pendidikan, pekerjaan dan kebebasan bergerak.

Taliban juga tidak membahas tentang hak wanita dan anak perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik.

“Keluarga menghadapi kemiskinan dan kelaparan parah musim dingin ini di tengah laporan pekerja anak, pernikahan dini dan bahkan penjualan anak,” kata Al-Nashif.

Baca Juga: Link Twibbon Hari Jadi Kota Solok 16 Desember 2021, Cocok Dijadikan Status Media Sosialmu

PBB mengatakan lebih dari 23 juta warga Afghanistan menghadapi kekurangan pangan akut di bulan-bulan musim dingin, memaksa jutaan orang untuk memilih antara migrasi dan kelaparan.

Dalam pembaruannya, Al-Nashif mengatakan setidaknya delapan aktivis Afghanistan dan dua jurnalis telah tewas sejak Agustus, sementara PBB juga telah mendokumentasikan 59 penahanan yang tidak sah.

“Keamanan para hakim, jaksa, dan pengacara Afghanistan, khususnya profesional hukum wanita, adalah masalah yang harus diwaspadai,” tambahnya.

Baca Juga: Rizal Ramli Sindir Pedas Kaesang Pangarep, Ferdinand Hutahaean: Kebencian Membuat Kehilangan Ilmu

Utusan Afghanistan dari bekas pemerintah menuduh Taliban melakukan berbagai pelanggaran, termasuk pembunuhan yang ditargetkan dan penghilangan paksa.

Komentar itu muncul setelah Amerika Serikat dan negara-negara lain mengecam keras Taliban menyusul laporan Human Rights Watch (HRW) awal bulan ini yang mendokumentasikan 47 ringkasan eksekusi.

Juru bicara Taliban Qari Sayed Khosti dengan tegas menolak laporan HRW dan klaim lain tentang pembunuhan di luar proses hukum sebagai tidak berdasarkan bukti.

Dia mengatakan ada beberapa kasus mantan anggota Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan yang sekarang tidak berfungsi yang telah terbunuh, tetapi itu karena persaingan dan permusuhan pribadi.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler