PR TASIKMALAYA – Magdalena Andersson tercatat sebagai Perdana Menteri wanita pertama di Swedia.
Terpilihnya Magdalena Andersson sebagai Perdana Menteri, setelah parlemen Swedia pada 24 November 2021 waktu setempat memberikan persetujuan pengangkatannya.
Magdalena Andersson sebelumnya adalah menteri keuangan, namun selanjutnya menjabat sebagai ketua partai Sosial Demokrat yang baru.
Penempatan Magdalena Andersson sebagai Perdana Menteri Swedia, untuk mengisi posisi Stefan Lofven yang lengser pada awal tahun 2021.
Baca Juga: John Fleck Sheffield United Ambruk di Lapangan, Blades Sebut Sebagai Momen Mengkhawatirkan
Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari France 24, terpilihnya Magdalena Andersson menjadi sejarah baru untuk Swedia.
Pasalnya selama ini Swedia merupakan negara di Eropa yang paling aktif menyuarakan kesetaraan gender.
Hanya saja uniknya baru kemarin seorang wanita terpilih mengisi posisi elit politik di negara tersebut.
Sebelumnya Stefan Lofven lewat pemerintahannya juga aktif menyuarakan feminisme, yaitu kesetaraan para pria dan wanita untuk jantung pekerjaan dalam dan luar negeri.
Amineh Kakabaveh, anggota parlemen independen Swedia yang juga mendukung Magdalena Andersson, membacakan pidato di depan para anggota parlemen.
Dirinya menyebutkan bila terpilihnya Andersson bertepatan dengan 100 tahun demokrasi dan hak pilih universal di Skandinavia.
“Jika perempuan hanya diizinkan untuk memilih tetapi tidak pernah terpilih untuk jabatan tertinggi, demokrasi tidak lengkap,”ucapnya.
"Ada sesuatu yang simbolis dalam keputusan ini," imbuhnya.
Baca Juga: Intip Ramalan Shio Macan, Kelinci, dan Kuda, Kamis 25 November 2021: Luangkanlah Sedikit Waktu
Magdalena Andersson tetap terpilih sebagai Perdana Menteri Swedia lantaran hanya 174 kursi oposisi dengan batas minimal 175 anggota parlemen menolak.
Sementara itu total ada 349 kursi di Riksdag, 117 anggota parlemen memberikan suaranya untuk Magdalena Andersson, sedangkan 57 anggota memilih abstain, dan 1 anggota lagi tidak datang saat pemilihan.
Fakta ini membuktikan bila suara oposisi bagi Magdalena Anderson masih dibawah batas minimal Konstitusi Swedia.
Setelah Stefan Lofven memimpin Swedia dengan tujuan membantu hingga pemerintahan baru terbentuk.
Besar kemungkinan bila pemerintahan selanjutnya akan membentuk dua partai minoritas, yaitu Sosial Demokrat dan Hijau.
Pasalnya Magdalena Andersson berupaya memperoleh dukungan dari kedua partai kecil yang memberi dukungan untuk Partai Kiri dan Tengah, diketahui bila pada saat pemilihan justru abstain melawan sang perdana menteri.
Magdalena Andersson melakukan diskusi dengan Partai Kiri hingga memperoleh kesepakatan, bahwa dirinya akan memfokuskan pemberian pensiun kepada 700 ribu masyarakat berpenghasilan rendah sebesar 1.6 juta.***