Hindari Polusi Udara yang Semakin Buruk, India Tutup Sekolah di Ibu Kota Selama 1 Minggu

14 November 2021, 12:42 WIB
India menutup sekolah di ibu kota mereka, New Delhi, untuk menghindari polusi udara yang semakin buruh di kota itu. /REUTERS/Anushree Padnavis

PR TASIKMALAYA – Pihak berwenang di ibu kota India, New Delhi, telah mengumumkan penutupan sekolah selama satu minggu.

Bukan karena penguncian wilayah Covid-19, penutupan sekolah di New Delhi dilakukan karena semakin memburuknya polusi udara di ibu kota India itu.

Menurut pihak berwenang India, mereka akan mempertimbangkan "penguncian polusi" untuk melindungi warga dari tingkat kabut asap beracun yang memburuk.

Baca Juga: Mengenal Tanaman Kelapa, Pohon Seribu Manfaat dengan Berbagai Bagian yang Bisa Diolah

“Sekolah akan ditutup sehingga anak-anak tidak perlu menghirup udara yang tercemar,” kata Kepala Menteri Arvind Kejriwal kepada wartawan, dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera.

Ia menambahkan bahwa kegiatan konstruksi juga akan dihentikan selama empat hari.

Kantor pemerintah diminta untuk beroperasi dari rumah dan bisnis swasta disarankan untuk tetap menggunakan opsi bekerja dari rumah sebanyak mungkin.

Baca Juga: Tiongkok Kecam Australia yang Berjanji Bantu Taiwan dan AS Jika Terjadi Perang: akan Lakukan Serangan

New Delhi menempati peringkat salah satu kota yang paling tercemar di dunia, dengan campuran berbahaya dari emisi pabrik dan kendaraan, serta asap dari kebakaran pertanian.

Pada Sabtu, 13 November 2021, Mahkamah Agung menyarankan untuk memberlakukan penguncian di Delhi untuk memerangi krisis kualitas udara.

"Bagaimana kita akan hidup kalau terus seperti itu?" ujar Ketua Hakim N.V. Ramana.

Baca Juga: Hari Diabetes Sedunia 14 November 2021, Inilah Beberapa Makanan yang Direkomendasikan untuk Penderita Diabetes

Kejriwal mengatakan pemerintahnya akan mempertimbangkan saran pengadilan setelah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan.

“Penguncian polusi belum pernah terjadi sebelumnya. Ini akan menjadi langkah yang ekstrim,” katanya.

Dewan Pengendalian Polusi Pusat menyarankan pihak berwenang untuk mempersiapkan untuk penerapan langkah-langkah di bawah kategori darurat.

Baca Juga: Netizen Gagal Fokus, Begini Penampilan dr. Shindy Putri di Resepsi Pernikahan Ria Ricis

Ia menambahkan kualitas udara yang buruk kemungkinan akan berlangsung hingga setidaknya 18 November karena angin rendah dengan kondisi tenang pada malam hari.

Pada Sabtu, 13 November 2021, tingkat partikel PM 2.5 merupakan terkecil dan paling berbahaya, yang dapat memasuki aliran darah mencapai 300 pada indeks kualitas udara.

Nilai tu 20 kali lipat dari batas harian maksimum yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Brendan Rodgers jadi Incaran Manchester United, Posisi Ole Gunnar Solskjaer Terancam

Pemerintah Delhi telah berjanji selama bertahun-tahun untuk membersihkan udara kota.

Pembakaran limbah pertanian di negara bagian tetangga Delhi, penyumbang utama tingkat polusi kota setiap musim dingin, terus berlanjut meskipun ada larangan Mahkamah Agung.

Puluhan ribu petani di sekitar ibu kota membakar jerami mereka pada awal setiap musim dingin, membersihkan ladang dari padi yang baru dipanen untuk memberi jalan bagi gandum.

Baca Juga: Tasya Kamila Ungkap Rahasia Hubungannya Harmonis dengan sang Suami, Salah Satunya Membuat Jurnal Bersama

Jumlah kebakaran lahan pertanian musim ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir, menurut data pemerintah.

Awal tahun ini, pemerintah Delhi membuka menara asap pertamanya yang berisi 40 kipas raksasa yang memompa 1.000 meter kubik udara per detik melalui filter.

Instalasi itu mengurangi separuh jumlah partikulat berbahaya di udara tetapi hanya dalam radius satu kilometer persegi, menurut para insinyur.

Baca Juga: Spoiler Now We Are Breaking Up Episode 3: Hubungan Ha Young Eun dan Yoon Suwon Terungkap?

Sebuah laporan tahun 2020 oleh organisasi Swiss IQAir menemukan bahwa 22 dari 30 kota paling tercemar di dunia berada di India, dengan Delhi menduduki peringkat ibu kota paling tercemar secara global.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler