Penelitian Terbaru Perkirakan Manusia akan Musnah pada Tahun 2080 Gegara Malaria dan Demam Berdarah

9 Juli 2021, 06:20 WIB
Ilustrasi. Hasil penelitian terbaru dari LSHTM menyebutkan di tahun 2080 manusia diperkirakan musnah lantaran penyakit malaria dan demam berdarah. /Pixabay/Sabine Kulau

PR TASIKMALAYA – Hasil penelitian dari London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) memperkirakan bahwa umat manusia akan musnah pada tahun 2080 gegara penyakit malaria dan demam berdarah.

Hasil penelitian terkiat manusia yang akan punuh ini diterbitkan LSHTM di dalam jurnal Lancet Planetary Health.

Diperkirakan pada tahun 2080 nanti akan ada lebih dari delapan triliun manusia yang tersebar di seluruh dunia dan punah alias meninggal gegara malaria dan demam berdarah.

Baca Juga: Ketahui Penjelasan Narkoba Jenis Sabu yang Dikonsumsi Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Serta Efeknya

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman The Guardian, penyakit malaria dan demam berdarah jadi tidak terkendali lantaran emisi gas buang yang makin hari makin menumpuk.

Semakin banyak emisi gas buang yang dihasilkan, maka suhu di bumi akan makin panas.

Secara alamiah, suhu yang panas menjadi atmosfer yang tepat untuk koloni nyamuk berkembang biak.

Baca Juga: Nia Ramadhani Terciduk Narkoba, Jejak Digitalnya Bersama Raffi Ahmad Kini Jadi Sorotan: Pantesan Belibet

Alhasil, penyakit malaria dan demam berdarah yang ditularkan dari gigitan nyamuk pun akan berhasil memusnahkan umat manusia pada tahun 2080 nanti.

Sebab waktu penularan penyakit malaria dan demam berdarah akan bertambah panjang seiring suhu yang makin meningkat.

Dengan lebih dari sebulan untuk penularan malaria dan empat bulan untuk demam berdarah.

Baca Juga: Tanggapi Kritik AHY Terkait Covid-19, Teddy Gusnaidi: Jokowi Mampu Hadapi Pandemi Ini

Perkiraan lamanya musim penularan malaria dan demam berdarah ini diperkirakan akan terjadi dalam waktu 50 tahun ke depan.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), penyakit malaria telah membunuh lebih dari 400 ribu orang setiap tahunnya.

Selain itu, kebanyakan korban nyawa dari penyakit malaria berasal dari kelompok anak-anak.

Baca Juga: Rela Nikah Siri Padahal Bambang Pamungkas Beristri, Ini Alasan Amalia Fujiawati: Enggak Cinta Banget

Pada tahun 2019 silam, lebih dari 90 persen dari 230 juta kasus penyakit malaria dunia ternyata berada di benua Afrika.

Menurut Rachel Lowe, salah satu profesor yang tergabung dalam penelitian LSHTM, angka penularan malaria di negara Eritrea, Sudan, dan Colombia mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

Saat ini, artemisinin masih dianggap sebagai obat terbaik untuk menyembuhkan penyakit malaria.

Baca Juga: Denny Sumargo Beberkan pada Maia Estianty Pernah Difitnah Sampai Karir Hancur

Sementara dalam kasus penyakit demam berdarah, belum ada obat yang ditemukan dan cukup mujarab untuk menyembuhkannya.

Data seputar penyakit demam berdarah sulit dikumpulkan karena tidak banyak tenaga medis maupun pihak rumah sakit yang melaporkannya.

Penyakit demam berdarah disebutkan bisa menghinggapi lebih dari setengah populasi umat manusia yang tersebar di seluruh dunia.

Baca Juga: Unik! Dua Pocong Ikut Lakukan Sosialisasi PPKM Darurat Bersama Satlantas Polres Tulungagung

Diperkirakan ada sebanyak 100 hingga 400 juta orang yang terinfeksi penyakit demam berdarah per tahunnya.

Dengan catatan kematian akibat demam berdarah sebanyak 20 ribu kasus per tahun.

Rachel Lowe menyebutkan kasus demam berdarah yang dilaporkan ke WHO selama dua dekade terakhir meningkat sebanyak delapan kali lipat.

Baca Juga: Sempat Difitnah Sampai Karir Hancur, Denny Sumargo: Saya Nangis karena Marah, Sedih dan Emosi

Dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019.

Hasil penelitian LSHTM menegaskan bahwa apabila manusia tidak ingin musnah pada tahun 2080 nanti, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah lebih menjaga lingkungan.

Agar efek pemanasan global bisa berkurang sehingga populasi nyamuk penyebab penyakit demam berdarah dan malaria bisa dikontrol.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler