Korea Utara Pekerjakan Anak-anak Yatim Piatu sebagai Sukarelawan di Tambang Batu Bara!

2 Juni 2021, 16:20 WIB
Anak-anak yatim piatu Korea Utara telah melakukan pekerjaan kasar //Pixabay/gfs_mizuta

PR TASIKMALAYA - Anak-anak yatim piatu Korea Utara telah melakukan pekerjaan kasar "secara sukarela".

Menurut media pemerintah Korea Utara, KCNA, anak yatim piatu itu bekerja di tambang batu bara, pertanian, dan proyek konstruksi besar.

Tidak diketahui berapa tepatnya usia anak-anak yatim piatu tersebut, tetapi dilaporkan bahwa mereka telah lulus sekolah menengah di Korea Utara.

Baca Juga: Ikut Geram dengan Sinetron Suara Hati Istri, Ernest Prakasa: Maka Biar Saya yang Bersuara

Berdasarkan foto-foto yang diterbitkan KCNA (Korean Central News Agency), atau agensi berita pusat Korea Utara, tampak para pemuda yang masih berusia remaja.

Ratusan anak yatim piatu itu melakukan pekerjaan yang berat bersama tentara dan siswa wajib militer.

KCNA mengabarkan bahwa anak-anak yatim itu berjumlah lebih dari 700 orang, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Independent.

Baca Juga: Ibu Mertua Berulang Tahun, Ussy Sulistiawaty: Ulang Tahun Oma Jadi Dirayain!

Mereka bekerja di koperasi pertanian, kompleks besi dan baja, di bidang kehutanan, dan lain-lain.

Menurut kabar itu, mereka bersedia bekerja secara sukarela karena keinginan untuk memuliakan masa muda mereka.

Di samping itu, mereka pun berkeinginan untuk terlibat dalam perjuangan untuk memakmurkan negara.

Baca Juga: Cuplikan Ikatan Cinta, Sikap Aldebaran Berubah Setelah Andin Hamil: Kamu Cinta Terakhir Saya

“Mereka menyelesaikan sekolah di bawah perawatan hangat Partai ibu," tulis KCNA.

Tindakan ini pun dipandang PBB sebagai langkah drastis yang memperburuk pelanggaran hak asasi manusia.

Selain itu juga memperparah kesulitan ekonomi dan masalah kelaparan yang dihadapi warganya.

Baca Juga: Sosok Nagita Slavina di Mata Ibunda Raffi Ahmad, Mama Amy: Gigi Tuh Menantu yang….

Namun, laporan pelanggaran hak asasi manusia ini dibantah Korea Utara dan berkata bahwa itu adalah tindakan politisasi musuh-musuhnya.

Menurut laporan Departemen Luar Negeri AS, di beberapa kasus, anak-anak berusia 16-17 tahun terlibat dalam pekerjaan dengan jam kerja yang terlampau panjang.

Anak-anak tersebut terdaftar dalam brigade konstruksi bergaya militer untuk mengerjakan pekerjaan yang berbahaya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Independent

Tags

Terkini

Terpopuler