PR TASIKMALAYA - Sebuah bom yang berasal dari mobil serta martir meledak di luar sekolah di Kota Kabul pada Sabtu, 8 Mei 2021 waktu setempat.
Peristiwa ledakan bom itu menewaskan setidaknya 55 orang dan melukai lebih dari 150 orang yang mayoritas korbannya adalah siswi perempuan SMA.
Insiden ledakan bom yang diduga sebagai aksi kelompok Taliban itu terekam dalam saluran televisi yang menayangkan situasi yang mengerikan.
Baca Juga: Berikan Pujian untuk Sang Ibu, Nana Mirdad Unggah Transformasi Lydia Kandou dari Waktu ke Waktu
Buku-buku dan tas sekolah tampak berserakan di jalanan yang berlumur darah, sementara warga sibuk menolong para korban.
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Independent, seorang saksi mengatakan bahwa delapan korbannya adalah siswi yang baru pulang sekolah.
"Itu adalah ledakan bom mobil yang terjadi di depan pintu masuk sekolah," terang saksi tersebut.
Baca Juga: Ingatkan Polisi soal Habib Rizieq Shihab yang Minta Bebas Lebaran, Dewi Tanjung: Licik Suka Kabur
"Ketika itu saya sedang bersama teman sekelas saya, kami baru akan meninggalkan sekolah ketika tiba-tiba ledakan terjadi," kata Zahra.
Zahra merupakan salah satu siswi yang berusia 15 tahun yang menjadi korban luka dan mengalami patah lengan, sementara temannya meninggal dunia.
"Sepuluh menit kemudian ada ledakan lagi dan hanya beberapa menit kemudian ledakan lain," lanjutnya.
Baca Juga: Romantisnya, Isi Chat Al dan Andin Tersebar Luas, Netizen: Adem Banget
"Semua orang berteriak dan ada darah di mana-mana, saya tidak bisa melihat apapun dengan jelas," terangnya.
Suasana kacau pun melingkupi rumah sakit daerah, di mana para petugas kesehatan menangani para siswi yang terluka.
Sedangkan puluhan anggota keluarga berupaya mencari putra putri mereka di antara para korban.
Sejak Amerika Serikat memutuskan untuk menarik pasukan militernya, Taliban mulai meningkatkan serangan di seluruh Afganistan.
Namun, hingga saat ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyalahkan kelompok Taliban, tetapi juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, membantah bahwa mereka terlibat dan mengutuk insiden itu.
Peristiwa ledakan itu terjadi di lingkungan dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam Syiah dan telah mendapat serangan brutal ISIS selama bertahun-tahun.
Serangan tersebut termasuk ledakan bom di bangsal bersalin rumah sakit hampir setahun yang lalu.
Sebelumnya, pada tahun lalu, AS dan Taliban telah menandatangani perjanjian untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 20 tahun.
Perang itu terjadi setelah AS dan sekutunya menyerang Afganistan pasca serangan 11 September 2001 di AS oleh Al Qaeda.***