Cemooh Meghan Markle dan Ratu Elizabeth, Charlie Hebdo Kembali Terbitkan Kartun Kontroversial

15 Maret 2021, 05:00 WIB
Istana Buckhingham merilis pernyataan atas nama Ratu Elizabeth (kiri) usai adanya wawancara Pangeran Harry dan Meghan Markle (kanan) di Oprah Winfrey.* /Kolase Instagram.com/@theroyalfamily

PR TASIKMALAYA - Majalah satir Prancis, Charlie Hebdo kembali menerbitkan kartun kontroversial di mana Ratu Elizabeth II berlutut di leher Meghan Markle.

Dilansir PikiranRakyat Tasikmalaya.com dari The Guardian, kartun tersebut muncul usai Meghan Markle bercerita tentang rasisme keluarga kerajaan.

Duchess of Sussex Meghan Markle dan suaminya, Pangeran Harry menuturkan, cerita tersebut kepada Oprah Winfrey dalam tayangan televisi CBS.

Baca Juga: Yakin Tidak Disahkan, Jansen Sitindaon: Kalau 50 Persen DPC dan DPD Datang, Masih Mendinglah Disebut KLB

Dalam wawancara itu, mereka tidak mengkritik Ratu, namun Meghan berkata para pejabat istana terkadang tidak mengizinkannya meninggalkan istana.

Meghan juga mengungkapkan bahwa ia hanya meninggalkan Istana Kensington dua kali setiap empat bulan.

Akibatnya, Meghan mengaku telah mengalami kesepian yang parah dan keinginan untuk bunuh diri.

Baca Juga: Usulkan Nama Partai Baru untuk Moeldoko,Ossy Dermawan: Misalnya Partai Maling Indonesia?

Pada kartun yang diterbitkan hari Sabtu, 13 Maret 2021, yang berjudul "Why Meghan quit", Meghan digambarkan berkata 'Karena saya tidak bisa bernapas lagi'.

Sementara itu, minggu ini Pangeran William telah melontarkan tanggapan terkait tuduhan rasisme dari keluarga Sussex.

"Kami bukan keluarga rasis," tegas Pangeran William.

Baca Juga: Sandiaga Uno, Nadiem Makarim, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Ganjar Pranowo Kompak Bertemu di Candi Borobudur

Kartun itu juga berhasil memicu kemarahan para penggemar Ratu karena dia digambarkan bermata merah dengan kaki berbulu.

Akan tetapi, tampaknya majalah Charlie Hebdo yang terus menerbitkan kartun kontroversial itu tidak jera dengan insiden yang pernah diakibatkannya di masa lalu.

Pada tahun 2015, Said dan Chérif Kouachi bersaudara menyerang markas majalah Charlie Hebdo setelah majalah itu menerbitkan kartun kontroversial Nabi Muhammad.

Baca Juga: Beredar Kabar Ridwan Kamil Akan Pindah Partai, NasDem Langsung Klaim: Pak RK adalah Gubernurnya NasDem

Akibatnya, editor top beserta sejumlah kartunis terkemuka dan sebelas orang lainnya tewas dalam kejadian tersebut.

Di Prancis, di mana sekularisme diabadikan dalam konstitusi republik, majalah dipandang sebagai simbol penting negara yang tidak terikat oleh aturan agama.

Di sisi lain, Charlie Hebdo juga dipandang provokatif dan tidak peka terhadap masalah serius yang dihadapi oleh kelompok-kelompok yang tertindas.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler