CDC Ungkap Adanya Efek Samping Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna, Berikut Penjelasannya!

17 Desember 2020, 12:50 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. //Pexels//Maksim Goncharenok

PR TASIKMALAYA - Baru-baru ini penelitian mengugkapkan tentang efek samping keamanan vaksin Covid-19 dari Pfizer dan Moderna.

Secara keseluruhan, vaksin Pfizer dikatakan aman, begitu juga dengan vaksin dari Moderna yang menunjukkan tidak ada masalah keamanan yang serius.

Meskipun demikian, seperti vaksinasi lainnya, vaksin Covid-19 ini juga memberikan beberapa efek samping kepada para pasiennya.

Baca Juga: Muannas Alaidid: Jangan Gampang katakan Orang Meninggal Melawan Aparat Dikatakan Syahid

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) menyebutkan beberapa efek yang dimaksud antara lain: nyeri dan bengkak di lokasi suntikan, demam, menggigil, lelah dan sakit kepala.

"Efek samping vaksin Covid-19 lainnya mungkin termasuk nyeri otot dan nyeri sendi, Dari apa yang kami ketahui, sebagian besar efek samping  kemungkinan besar akan muncul dalam satu atau dua hari pertama setelah menerima vaksin, tetapi mungkin berpotensi muncul kemudian,” kata wakil presiden program farmasi dan layanan diagnostik di ZOOM+Care, Thad Mick, Pharm seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari
Antara, Kamis, 17 Desember 2020.

Selain itu CDC juga mengungkapkan bahwa efek samping tersebut sangat mirip dengan gejala Covid-19. Hal itu dikarenakan vaksin tersebut merangsang sistem kekebalan untuk melawan virus, menurut dokter anak  di California, Richard Pan.

Lebih lanjut, Ia juga menegaskan, hal tersebut bukan berarti vaksin Covid-19 dapat membuat pasiennya menjadi positif Covid-19 karena mRNA  dari vaksin tidak secara permanen mempengaruhi sel dalam tubuh.

Baca Juga: Periksa Dua Orang Saksi Kasus Suap RSU Kasih Bunda, KPK Sita Dokumen dari Sekda Cimahi

Sebaliknya, mRNA itu hanyalah cetak biru sementara dari lonjakan protein yang terletak di permukaan virus.

“Cetak biru ini sangat rapuh, oleh karena itu vaksin harus disimpan dalam suhu yang sangat dingin sebelum digunakan,” kata Pan.

Tubuh pada akhirnya menghilangkan cetak biru itu setelah Anda divaksinasi, tetapi antibodi yang Anda kembangkan sebagai respons akan tetap ada.

Selanjutnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) juga diketahui masih mengevaluasi data tentang seberapa umum efek samping Covid-19 yang mungkin terjadi pada populasi umum.

Baca Juga: Prabowo Subianto Dinilai Telah Bunuh Diri Politik, Ferdinand Hutahaean: Harapannya di 2024 Sirna

Pan mengatakan, untuk saat ini, informasi dari Pfizer dan Moderna tentang uji klinis skala besar mereka menunjukkan sejumlah kecil orang akan mengalami gejala yang signifikan tetapi sifatnya sementara  setelah menerima vaksin Covid-19.

Uji coba Moderna menunjukkan, sebanyak 2,7 persen orang mengalami nyeri di tempat suntikan setelah dosis pertama. Setelah dosis kedua yang diberikan empat minggu setelah suntikan pertama sekitar 9,7 persen orang mengalami kelelahan.

Selain itu, sebanyak 8,9 persen melaporkan nyeri otot; 5,2 persen mengalami nyeri sendi; 4,5 persen melaporkan sakit kepala; 4,1 persen  mengalami nyeri, dan 2 persen mengalami kemerahan di tempat suntikan.

Efek ini tak jauh berbeda vaksin Covid-19 Pfizer. Hasil uji coba mereka memperlihatkan, sebanyak 3,8 persen orang melaporkan kelelahan dan 2 persen mengalami sakit kepala setelah dosis kedua yang diberikan tiga minggu setelah suntikan pertama.

Baca Juga: Prabowo Subianto Dinilai Telah Bunuh Diri Politik, Ferdinand Hutahaean: Harapannya di 2024 Sirna

Kurang dari 1 persen orang dalam uji klinis melaporkan demam dan sejumlah kecil partisipan uji yakni 0,3 persen juga melaporkan pembengkakan kelenjar getah bening yang umumnya sembuh dalam 10 hari setelah vaksinasi.

Menurut Pan, walau efek samping ini bersifat sementara dan tampaknya tidak terlalu umum, namun bisa jadi cukup signifikan sehingga beberapa orang mungkin perlu melewatkan satu hari kerja setelah divaksinasi.

Selain efek tersebut, ada juga kekhawatiran tentang reaksi alergi terhadap vaksin Covid-19 Pfizer. Terkait ini, FDA menyatakan individu dengan riwayat reaksi alergi parah misalnya anafilaksis tidak boleh divaksinasi sementara ini.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler