Riset: Penyintas Covid-19 Berisiko Terkena Gangguan Kesehatan Mental

- 12 November 2020, 11:59 WIB
Ilustrasi gangguan mental.*
Ilustrasi gangguan mental.* /PIXABAY/Geralt/

PR TASIKMALAYA - Sebuah penelitian dari Universitas Oxford di Inggris menemukan jika penyintas atau yang selamat dari Covid-19 berisiko lebih tinggi terkena penyakit mental.

Para peneliti menganalisis catatan kesehatan elektronik dari 69 juta orang di Amerika Serikat, termasuk lebih dari 62.000 orang yang menderita Covid-19.

Mereka menemukan, 20 persen mereka yang terinfeksi virus corona didiagnosis dengan gangguan kejiwaan, seperti depresi dan kecemasan dalam waktu 90 hari.

Baca Juga: Simak Sejarah Hari Ayah di Amerika Serikat, Berawal dari Peringatan Kematian

"Orang-orang khawatir orang yang pulih dari Covid-19 akan menghadapi risiko lebih besar terkena masalah kesehatan mental.

"Temuan kami menunjukkan hal ini mungkin terjadi," kata Paul Harrison, seorang profesor psikiatri di Universitas Oxford dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.

Meskipun temuan ini menambah semakin banyak bukti Covid-19 dapat berdampak pada kesehatan mental serta kesehatan fisik, tetapi tidak diketahui mengapa virus tampaknya meningkatkan risiko penyakit kejiwaan.

Baca Juga: Prananda Surya Paloh: Etalase Politik Nasional Ada di Jawa Barat

"Menghadapi kemungkinan tidak selamat dari suatu kondisi sangat menakutkan. Masuk akal jika peristiwa seperti itu akan memicu kondisi kesehatan mental terutama bagi mereka yang mengalami penyakit berat termasuk rawat inap atau periode pernapasan," kata psikiater Margaret Seide.

Menurut psikiater Julian Lagoy, faktor isolasi atau karantina perlu menjadi bahan pertimbangan. Dia mengatakan, menjalani karantina dan isolasi bisa sangat merusak kesehatan mental.

Jika seseorang memiliki kasus Covid-19 yang parah, stres dan kekhawatiran tentang kesehatan fisik secara alami akan berdampak pada kesehatan mental.

Baca Juga: Temui Habib Rizieq, PKS Nyatakan Dukung Semangat Revolusi Akhlak

Studi Universitas Oxford menemukan, orang dengan penyakit mental yang sudah ada sebelumnya 65 persen lebih mungkin didiagnosis dengan Covid-19 daripada mereka yang tidak.

"Ini sangat menarik. Saya menduga ini mungkin karena orang dengan penyakit mental lebih cenderung menunjukkan perilaku berisiko, yang membuat mereka berisiko terkena Covid-19," tutur Lagoy.

Misalnya, jika mereka cenderung tidak diisolasi dan dikarantina karena dapat memperburuk penyakit mental mereka, maka orang-orang ini lebih mungkin berkumpul bersama orang lain. Namun, risiko mereka terkena Covid-19 kemudian lebih tinggi.

Baca Juga: Babak Baru Kasus Pencemaran Nama Baik, Henry Yosodingrat Minta Rizieq Diproses Hukum

Orang yang menderita penyakit mental juga cenderung tidak dapat secara efektif mengelola kondisi kronis seperti diabetes, yang dapat meningkatkan risiko Covid-19.

Di sisi lain, mereka yang memiliki riwayat kondisi kejiwaan seperti gangguan bipolar, depresi, dan skizofrenia, juga meningkatkan risiko terinfeksi virus corona.

Seseorang tidak harus terdiagnosis Covid-19 untuk merasakan dampak pandemi pada kesehatan mental.

Baca Juga: Rizieq Gelar Resepsi sang Anak, Ahmad Riza Ingatkan Protokol Kesehatan Covid-19

Pada Agustus, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan, 40 persen orang dewasa di Amerika khususnya dewasa muda, ras dan etnis minoritas, pekerja esensial, dan pengasuh yang tidak dibayar, mengalami kondisi kesehatan mental yang merugikan secara signifikan.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x