Adapun metode yang digunakan adalah mengisi kuesioner. Dikabarkan bahwa seluruh peserta mengisi seluruh kuesioner dengan jawaban yang berhubungan dalam kurun waktu 4 tahun, dari 2006 hingga 2010.
Salah satu pertanyaannya adalah para peserta merasa kesepian. Selain itu, peserta juga ditanya mengenai riwayat penyakit Parkinson selama hidup.
Baca Juga: 5 Idol K-pop yang Pernah Serukan Dukungan untuk Palestina, Kebanyakan Anggota BTS
Dalam hasil ini, penulis studi, Antonio Terracciano menyatakan bahwa penderita kesepian memiliki peningkatan risiko parkinson sebanyak 25 persen. Hal itu juga ditambah dengan penyebab lainnya seperti genetika.
Melalui studi ini, tidak ditemukan secara signifikan antara kesepian dengan parkinson. Sebab seringkali ditemukan hal itu hanya bisa diketahui ketika seseorang memeriksanya ke dokter atau tenaga ahli kesehatan.
Atas hal itu, pada dasarnya studi ini hanya menarik titik awal untuk hubungan antara kesepian dengan parkinson. Sebab terbukti bahwa perasaan tersebut berpengaruh pada kesehatan otak manusia.
Terracciano menyimpulkan, tekanan emosional yang dibawa oleh perasaan kesepian merupakan penyebab utama datangnya risiko parkinson.
Baca Juga: Siapa Saja yang Berhak Dapat PKH 2023? Simak Ketentuannya di Sini
"Kami pikir tekanan emosional yang terkait dengan kesepian inilah yang menjadi faktor penyebabnya. Perasaan tertekan ini dapat mengikis kemampuan otak untuk melawan faktor genetik, atau hal lain yang dapat menyebabkan penyakit parkinson," kata Terracciano menjelaskan.***