Hari Coklat Sedunia: di Balik Manisnya Coklat, Ada Masalah Lingkungan yang Makin Serius, Berikut Penjelasannya

8 Juli 2022, 09:36 WIB
Ilustrasi coklat. Perayaan Hari Coklat Sedunia terjadi pada 7 Juli 2022, tetapi ada masalah lingkungan yang ditimbulkan karena coklat. /pixabay.com/Enotovyj

PR TASIKMALAYA – 7 Juli selalu diperingati sebagai harinya coklat, yakni Hari Coklat Sedunia.

Namun, siapa sangka di balik manisnya rasa coklat yang mampir di lidah, ternyata ada masalah lingkungan besar yang menghantuinya.

Lantas, sebenarnya bagaimana industri coklat berperan dalam kerusakan lingkungan yang terjadi? Berikut ini ulasannya.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Earth.org, diketahui sekitar 4.7 juta ton coklat diproduksi di seluruh dunia.

Baca Juga: Resep Es Krim Pisang Saus Coklat, Bisa Dicoba di Rumah!

Bukan hanya itu, sebesar 70 persen suplai global datang dari Afrika Barat dan tidak dapat dipungkiri, Indonesia juga menjadi salah satunya.

Bukan tanpa alasan, pasalnya coklat yang berasal dari pohon kakao diketahui hanya tumbuh di kawasan tropis.

Bagaimana sebenarnya industri coklat menyebabkan kerusakan lingkungan?

Faktanya 26 persen daratan di Afrika adalah hutan. Sayangnya, menurut data dari Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 4 juta hektar hutan di Afrika telah digunduli setiap tahunnya.

Baca Juga: Distribusi Dana Bansos PKH Tahap 3 yang Cair Juli 2022, Cek Kepesertaan Anda melalui cekbansos.kemensos.go.id

Bukan hanya itu, angka ini meningkat hingga dua kali lipat dari jumlah rata-rata deforestasi di dunia.

Sementara itu, hampir 80 persen dari total penyebab deforestasi disebabkan karena aktivitas pertanian.

Mulai dari kedelai, minyak sawit, hingga ternak menyebabkan aktivitas deforestasi meningkat secara global.

Sementara itu tiga perempat produksi coklat didunia diproduksi di Pantai Gading, sebesar 2.2 juta ton coklat pertahunnya.

Baca Juga: Tes Psikologi: Diluar Ekspektasi! Kartu ini Bisa Mengungkap Detail Tidak Terduga Tentang Takdir Anda

Ada pula negara lain di Afrika, seperti Ghana, Nigeria dan Kamerun yang turut berkontribusi dalam produksi coklat dunia.

Jika dijumlahkan, maka empat negara ini bisa memproduksi sekitar 3 juta ton coklat per tahunnya.

Angka ini cukup memenuhi setengah permintaan coklat di dunia.

Ternyata, industri coklat ini menyimpan berbagai permasalahan di baliknya.

Baca Juga: Ratu Elizabeth II ‘Benci’ Tinggal di Istana Buckingham! Kenapa?

Menurut Etelle Higonnet, Direktur Hukum dan Kampanye Mighty Earth mengatakan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh petani coklat menurun dari 16% menjadi 3.5-6% antara 1980 hingga sekarang.

Hal ini disebabkan karena harga kakao yang menurun drastis, sehingga menyebabkan petani mengalami keuntungan yang lebih sedikit perharinya.

Bahkan petani coklat perempuan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih sedikit lagi. Hanya berkisar 30 sen perharinya atau setara dengan Rp3.900.

Sementara aktivitas deforestasi untuk industri coklat telah menyebabkan kerusakan yang serius bagi lingkungan, mulai dari satwa yang kehilangan habitatnya.

Baca Juga: Tes Psikologi: Harimau atau Singa? Secara Blak-blakan Sifat Anda Sesungguhnya Akan Dibongkar

Di Afrika sendiri satwa yang paling terdampak adalah simpanse dan gajah.

Bagaimana menurut pendapat Anda? ***

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: Earth.org

Tags

Terkini

Terpopuler