Ternyata Tradisi Takjil Dipopulerkan Oleh KH. Ahmad Dahlan, Simak Penjelasan Prof. Munir Mulkhan

20 April 2021, 21:00 WIB
Prof. Munir Mulkan memaparkan terkait dengan tradisi yang populer di Bulan Ramadhan yakni tradisi takjil.* /PIXABAY/AhmadArdity

PR TASIKMALAYA – Bulan Ramadhan, merupakan bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam.

Bagaimana tidak, di Bulan Ramadhan seluruh umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa.

Selain itu, setiap ibadah yang dilaksanakan di Bulan Ramadhan akan mendapatkan pahala yang berlimpah.

Baca Juga: Shotaro NCT Akhirnya Buat Akun Instagram Pribadi, NCTzen Sudah Follow?

Salah satu tradisi yang populer di Bulan Ramadhan adalah tradisi takjil.

Berdasarkan pemaparan Prof. Munir Mulkan seperti yang dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman Muhammadiyah, Muhammadiyah memiliki peran besar dalam mempopulerkan takjil.

Hal tersebut tertuang dalam buku yang berjudul Kiai Ahmad Dahlan-Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan (2010).

Baca Juga: Pisah Ranjang dengan Sule? Nathalie Holscher: Suatu Saat Bertemu Lagi

Prof. Munir Mulkhan menjelaskan, Muhammadiyah mempopulerkan tradisi takjil untuk segera menyegerakan agar umat Islam segera berbuka ketika adzan magrib berkumandang.

Meski demikian, awalnya untuk mempopulerkan tradisi takjil tidak mudah.

Kiai Ahmad Dahlan bahkan pernah dituduh sebagai kyai kafir karena mempopulerkan tradisi takjil.

Baca Juga: Adik Nathalie Holscher Ungkap Kondisi Rumah Tangga Kakaknya dengan Sule

“Cara Muhammadiyah memenuhi ibadah puasa di atas, waktu itu menyebabkan pengikut Muhammadiyah di cap tidak tahan lapar,” tutur Prof. Munir Mulkhan.

Namun saat ini, justru tradisi takjil sudah menjadi tradisi yang mendarah daging di Indonesia.

“Tapi saat ini cara pengikut Muhammadiyah itu sudah menjadi tradisi puasa semua warga Muslim di Indonesia,” kata Prof. Munir Mulkhan.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Megawati Menjual TMII ke Tiongkok?

Selain tradisi takjil, Muhammadiyah juga turut mempopulerkan pelaksanaan salat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dilakukan di tempat terbuka.

“Muhammadiyah pun dikecam keras sebagai agama baru, dan salat hari raya di tempat terbuka adalah bukti jika aktivitas gerakan Muhammadiyah tidak mengerti thaharah (bersuci) dalam Islam,” ujar Prof. Munir Mulkhan.

Prof. Munir Mulkhan menambahkan, saat ini beberapa tradisi keagamaan yang dipopulerkan oleh Muhammadiyah, telah dilakukan oleh banyak orang.

Baca Juga: Kejaksaan RI Buka Lowongan Duta Media Sosial, Salah Satu Syaratnya Aktif TikTok, Berminat?

Singkatnya, tradisi tersebut tidak hanya dilakukan oleh warga Muhammadiyah.

“Kini kegiatan itu sudah menjadi tradisi keagamaan yang dilakukan oleh semua orang, tidak terbatas pengikut Muhammadiyah,” pungkasnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Muhammadiyah

Tags

Terkini

Terpopuler