“Dari 30 varian masker yang paling diminati ialah masker hijab, masker pengantin, dan masker merah putih,” lanjut Tri.
Baca Juga: Begini Kronologi Wanita Diduga Gangguan Jiwa Ingin Bakar Balai Kota DKI Jakarta
Untuk memasarkan produknya, Tri lebih mengandalkan metode digital lewat media sosial, yakni Instagram, Facebook, dan Twitter.
Alasannya, jangkauan pasarnya lebih luas daripada pemasaran luring. Peluang ekspor ke negeri jiran pun terbuka melalui unggahan foto produknya di media sosial.
“Nah kalau untuk ekspor ke luar negeri awalnya juga dari teman yang lihat postingan, kemudian suka dan minat, itu orang Malaysia. Dari itu dia minta contoh, dari situ permintaan terus jadi.
Baca Juga: Pemerintah Jokowi Dituding Otoriter, Sekjen PDIP: Demokrasi Dibangun dengan Aturan Main
"Hampir setiap dua bulan kita kirim ke sana dengan jumlah lumayan banyak, dan disana juga mereka ada reseller, dan di sebar ke beberapa kota seperti Kuala Lumpur, Kuching, juga Sabah,” tambahnya.
Tri menjelaskan, harga maskernya dibandrol dari Rp30 ribu sampai ratusan ribu rupiah, tergantung variasi hiasannya.
Kini, omzet penjualan masker kelas premium tersebut mencapai Rp3 juta per bulan.
Baca Juga: Turki Anggap Negara Barat Ejek Islam, Erdogan: Sama Saja Serukan Perang Salib Kembali