Sedangkan di bulan Agustus, deflasi 0,21 persen secara bulanan. Hal ini terjadi karena pada bulan Juli 2022 terjadi inflasi cukup tinggi, 0,61 persen.
"Deflasi Agustus memang agak di luar kebiasaan, yang juga disebabkan di Juli, ada inflasi tinggi di luar kebiasaan," kata Faisal.
"Karena kenaikan harga pangan seperti cabai dan bawang akibat faktor suplai," lanjut Faisal, Jumat, 2 September 2022.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Rifky juga memperkirakan inflasi 2022 dapat mencapai 6-7 persen.
Hal ini dapat terjadi jika harga BBM mengalami kenaikan. Rifky mengatakan deflasi yang terjadi di bulan Agustus 2022 itu karena normalisasi harga tiket pesawat dan pangan.
Namun deflasi ini tidak akan bertahan lama jika ada kenaikan BBM.
"Tren deflasi tampaknya tidak akan terjadi berkelanjutan karena harga-harga komoditas relatif lebih tinggi," kata Rifky.
"Di samping itu, wacana pengurangan subsidi BBM juga akan mendorong inflasi yang meningkat secara bulanan ke depan," lanjutnya.***