Cek Fakta: Benarkah Singapura Amati Kasus Corona di Indonesia dan Beberkan Prediksinya? Ini Faktanya

29 Mei 2020, 14:40 WIB
Beredar narasi yang menyebut para periset Singapura mengamati kasus corona di Indonesia dan disebut miliki prediksi waktu berakhirnya masa pandemi itu. /Kominfo RI

PIKIRAN RAKYAT - Beredar sebuah narasi dalam media sosial yang menyebut periset Singapura lakukan pengamatan terhadap kasus corona di Indonesia, sekaligus memiliki prediksi waktu berakhirnya virus corona di Indonesia.

Hal ini termuat dalam artikel dengan judul yang menjelaskan adanya kabar gembira dari periset Singapura terkait waktu berkhirnya wabah Covid-19.

Artikel ini dimuat dalam satu pemberitaan nasional dengan judul 'Kabar Gembira: Hasil Riset Singapura, Corona di Indonesia Berakhir 6 Juni' yang dimuat pada 18 Mei 2020. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) memprediksi bahwa penyebaran Virus Corona Covid-19 di Indonesia akan berakhir 6 Juni 2020. Saat itu, 97 persen kasus sudah selesai.

Baca Juga: KPU Minta Tambahan 5 Miliar, Tahapan Pilkada Bupati Tasikmalaya Dilanjut

Berdasarkan hasil penelusuran PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Kominfo RI, ditemukan fakta yang berbeda hingga mampu membantah klaim narasi yang marak beredar dalam media sosial tersebut.

Melansir dari salah satu pemberitaan nasional, ditegaskan bahwa prediksi Covid-19 berakhir 6 Juni sudah tidak berlaku karena ada perubahan situasi di dunia nyata.

Penegasan itu muncul setelah mengunjungi situs resmi periset Singapura yang bernama Singapore Universitas of Technology and Design (SUTD). Dalam situs itu, pernyataan prediksi itu sudah tidak berlaku. Bahkan data-data dalam halaman depan situs SUTD sudah dihapus karena ada perubahan situasi di dunia nyata.

Baca Juga: Jelang Pilkada Serentak, Komisi DPRD I Tasikmalaya Segera Bahas Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Berikut ini narasi yang disampaikan dalam situs SUTD terkait prediksinya yang sudah tidak berlaku:

"Prediksi-prediksi sebelumnya sudah tidak lagi valid karena skenario-skenario dunia nyata telah berubah dengan cepat," demikian bunyi narasi yang tercantum dalam situs itu pada Rabu, 13 Mei 2020.

Terlebih, diketahui pula bahwa situs itu terakhir update pada Senin kemarin. Meskipun, grafiknya sudah tidak tampil di halaman depan situs, tetapi grafik-grafik individual tiap negara masih bisa dilacak lewat Google. Salah satunya grafik Indonesia.

Baca Juga: Terlacak di Bali, Polisi Masih Kejar Satu Pelaku Penyebar Video Asusila Mirip Syahrini

Bahkan dalam bagian disclaimer atau peringatan, SUTD menyiratkan bahwa setiap konten dari situs SUTD itu hanya ditujukan untuk pendidikan dan kepentingan edukasi, seperti yang terlihat sebagai berikut:

"Konten dari situs ini ditegaskan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan penelitian saja dan kemungkinan mengandung error," demikian bunyi narasi yang beredar dalam situs SUTD tersebut.

Sementara itu, sebuah artikel yang dimuat dalam salah satu pemberitaan nasional pada 02 Mei 2020 juga menyatakan hal yang senada.

Baca Juga: Menjelang Diberlakukannya New Normal, Hari ini Masjid Istiqlal Masih Belum Gelar Salat Jumat

Artikel itu memuat pernyataan seorang epidemiolog Unpad bernama Bony Wien Lestari yang menjelaskan keraguannya terhadap narasi prediksi yang bergulir.

Narasi prediksi itu digulirkan Doni Munardo sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Ia mengungkapkan virus corona diperkirakan akan berakhir di Bulan Juli tahun ini.

Untuk itu, Bony meragukan dan mempertanyakan dasar yang jelas dari dikeluarkannya prediksi tersebut. Menurutnya, angka pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 hingga saat ini masih terus melonjak.

Baca Juga: Polisi Ungkap Motif Pelaku Penyebar Video Asusila Mirip Syahrini: Faktor Benci dan Tambah Followers

Bony sendiri merupakan anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Barat. Di Jawa Barat, dijelaskan Bony timnya memprediksi bulan Juni justru awal dari masa puncak pandemi, dengan asumsi seluruh intervensi dikerjakan terutama PSBB dan tes massal.

Selain itu, narasi bernada serupa juga ditemukan dalam artikel yang menjelaskan seorang pakar justru prediksikan Indonesia masih sibuk urus virus corona sepanjang tahun ini. Artikel ini dimuat dalam salah satu pemberitaan nasional pada 02 Mei 2020

Dalam artikel itu, ditemukan pernyataan Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Hermawan Saputra yang memprediksi Indonesia masih akan sibuk untuk hidup berdampingan dengan virus corona sepanjang tahun 2020. Namun, itu terjadi bila pemerintah dan masyarakat tidak konsisten menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca Juga: Kabar Baik, Positif Corona di Kota Tasikmalaya Tinggal 5 Orang, Pasien Sembuh Mendapat Surat Sehat

Dalam arti lain, disimpulkan bahwa prediksi Covid-19 berakhir 6 Juni sudah tidak berlaku karena ada perubahan situasi di dunia nyata.

Bahkan, sejumlah epidemiolog pun kini meragukan prediksi Covid-19 di Indonesia berakhir Juni 2020 karena jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 masih bertambah.

Dengan demikian, klaim narasi yang menyebut periset Singapura amati kasus corona di Indonesia sekaligus berikan prediksi wabah berakhir pada 6 Juni 2020, terbukti menyesatkan. Untuk itu, informasi yang beredar dalam media sosial itu termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan atau Misleading Content.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Kominfo

Tags

Terkini

Terpopuler