Chris Barron, juru bicara kelompok itu, mengatakan lawan politik mereka juga menyuarakan keprihatinan atas pemilihan yang dicuri dan mengorganisir protes tetapi tidak menghadapi masalah yang sama.
Baca Juga: Soal Pelajar Ikut Demo, Haris Azhar Singgung Sikap Berlebihan Tri Rismaharini
"Jika Facebook ingin menjadi penengah kebenaran, maka banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan. Dalam kasus apa pun, pemilu sudah berakhir, jadi tidak ada disinformasi pemilu yang harus dibagikan," kata Barron.
Sebuah tinjauan terhadap sejumlah kecil komentar yang dikirimkan ke grup sebelum penghapusannya tidak menemukan seruan langsung atas kekerasan.
Akan tetapi premis yang dikelolanya, bahwa suara Republik sedang ‘dibatalkan’ oleh Demokrat dan tidak memiliki dasar pada fakta di lapangan.
Baca Juga: Tegaskan Hanya Penyampaian Aspirasi, Polda Metro Jaya: Tak Ada Sweeping Produk Prancis
Selama berbulan-bulan, Trump dan sekutu Republik telah meletakkan dasar-dasar untuk meragukan integritas pemilu AS jika presiden kalah dalam pemilihan ulangnya.
Ketika pemilu kembali menunjukkan gambaran yang cerah bagi penantang Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, dan ketika penyiar AS dan outlet media utama lainnya terus menepis klaim kemenangan Trump yang terlalu dini.
Presiden dan pendukungnya menggunakan media sosial untuk mencoba mengubah narasi, berupa melayangkan teori konspirasi menggunakan tagar #StopTheSteal.***