Kolaborasi Dua Perguruan Tinggi Ternama di Jawa Barat, Hasilkan Inovasi Alat Tes Covid-19

- 14 Mei 2020, 21:00 WIB
Rapid Test 2.0.
Rapid Test 2.0. /DEDY MULYANA/PRFM.

PIKIRAN RAKYAT – Inovasi untuk penanganan Covid-19 di Provinsi Jawa Barat dihasilkan dari kolaborasi para peneliti yang berasal dari Univesitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Antara, Gubernur Jabar M Ridwan Kamil mengatakan, inovasi ini hadir melibatkan ilmuwan dan kampus dalam penanganan Covid-19.

Kampus tersebut diinisiasi oleh Unpad dan ITB yang berhasil memproduksi dua jenis alat tes di luar PCR dan rapid test.

Baca Juga: Berpotensi Jadi Obat Covid-19, LIPI Selesai Uji Keamanan Daun Ketepeng Benalu 

"Yang pertama Rapid Test 2.0 kecepatannya sama seperti rapid test tapi akurasinya 80 persen," kata kang Emil di Bandung Kamis 14 Mei 2020.

Ia mengataka,n rapid test yang selama ini digunakan hanya mendeteksi keberadaan benda asing di dalam tubuh melalui antibody, namun tidak spesifik ke virus.

"Kalau yang Rapid Test 2.0 ini menggunakan antigen, jadi virusnya ketemu," katanya.

Baca Juga: Sidak ke Pasar Cikurubuk, Tim Satgas Pangan Tasikmalaya Pastikan Pegadang Bebas dari Daging Babi

Kang Emil mengatakan, alat ini juga berbeda dengan rapid test normal dimana tak menggunakan tes daerah namun swab test dan dibandingkan dengan rapid test lain yang hanya mengetes benda asing di dalam antibody dan tidak spesifik ke virus.

"Jadi yang 2.0 ini menggunakan antigen, virusnya ketemu,” tuturnya.

Ia mengatakan, alat ini rencananya akan diproduksi pada Juni mendatang sebanyak 5 ribu tes kit dan diproduksi Biotek di Jawa Barat dan selanjutnya 50.000 produksi akan dilakukan pada Juli.

Baca Juga: Kodim 0612 Tasikmalaya Serahkan Bantuan Ratusan APD Bagi Tenaga Medis di RSUD dr Soekardjo

"Dan harganya lebih murah, maksimal Rp120.000-an, yang dulu Rp300.000,” tuturnya.

Penelitian Unpad dan ITB juga menghasilkan alat tes PCR baru yang tidak memerlukan pemeriksaan di laboratorium, melainkan cukup di laptop dan power suplai seperti aki motor yang bisa menghasilkan delapan sampel.

"Itu bisa dibawa mobil, bisa mengetes di pasar, tempat pariwisata, dimanapun. Akurasinya sama seperti PCR, harganya Rp200 juta,” katanya.

Baca Juga: Tersangkut Bambu di Sungai Ciliwung, Seorang Mayat Ditemukan dengan Kondisi Wajah Rusak dan Membusuk

Kang Emil menilai, dua alat yang bisa berkontribusi penting dalam penanganan COVID-19 ini merupakan sumbangsih para ilmuwan yang melakukan bela negara melalui keilmuannya.

"Jadi inilah sumbangsih dari para ilmuwan yang bela negara melalui ilmunya ada yang bela negara melalui perang Covid-19 melalui garis depan, itu dokter tenaga kesehatan ada yang bela negara dengan hartanya, ada yang dengan ilmunya. Saya mengapresiasi berterimakasih,” tuturnya.

Baca Juga: PSBB Jabar Dinilai Berhasil dan Tak akan Diperpanjang, WHO Justru Peringatkan Gelombang Dua Corona

Inovasi ini juga menguatkan Jabar menjadi provinsi paling progresif salam memproduksi alat biokteknologi lokal lewat dukungan BUMN dan kampus.

Provinsi Jabar bisa mengejar target 300 ribu dengan alat PCR sendiri Biofarma, dengan rapid test 2.0, SPR buatan Unpad, ITB dengan ventilator PT DI dan Pindad. Menunjukkan bangsa kira bisa memproduksi alat bioteknologi sendiri.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x