Sedangkan untuk pengelolaan limbah jarum suntuk, BRIN mengeluarkan mesin daur ulang APJS GLP Destromed 01 Needle Destroyer yang sudah memiliki paten dan izin edar.
"Ada beberapa teknologi yang sudah proven yang dikembangkan oleh teman-teman kita untuk membantu peningkatan jumlah kapasitas pengolahan limbah ini secara signifikan," ujar Kepala BRIN.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Kunjung Usai, SBY: Bimbinglah Pemerintah Kami dan…
"Khususnya, teknologi yang bisa dipakai untuk pengolahan limbah di skala yang lebih kecil dan sifatnya mobile," sambungnya.
Menurut Handoko, teknologi tersebut cocok untuk menjangkau daerah-daerah yang penduduknya relatif sedikit dengan skala limbah tidak banyak.
Dibandingkan dengan membangun insinerator yang besar dengan harga mahal dan terkendala dengan pengumpulan limbah yang terpusat.
"Kalau kita harus membangun insinerator besar akan jauh lebih mahal, juga menimbulkan masalah terkait dengan pengumpulan, karena pengumpulan dari limbah ke insinerator yang terpusat juga menimbulkan biaya tersendiri," tuturnya.
Selain mampu meningkatkan kapasitas pengolahan limbah medis, teknologi daur ulang limbah medis karya anak bangsa itu juga berpotensi memunculkan nilai tambah dan ekonomi baru.
Hal ini dalam rangka meningkatkan kepatuhan fasilitas kesehatan, karena ada insentif finansial dari sisi bisnis yang dapat mengurangi biaya pengolahan limbah.