“Pandangan Sejarawan Betawi, Ridwan Saidi, mudik berasal dari kata menuju udik, dimana udik merupakan bagian selatan,” kata laman tersebut.
“Karena pada zaman dahulu, di Batavia, pusat perekonomian berada di pesisir utara, sedangkan rumah para penduduk berada di selatan, sehingga munculah kata ilir mudik, yang berarti bolak balik,” ujar laman itu melanjutkan.
Baca Juga: Jelang H-1 Idul Fitri, Puluhan Penumpang Kereta Api di Stasiun Pasar Senen Batal Berangkat
Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik berarti ‘ke udik’ atau pulang ke kampung halaman.
Mudik identik dengan Lebaran. Kata ‘lebaran’ sendiri diyakini berasal dari tradisi umat Hindu yang artinya ‘selesai, usai, habis’.
Prof Dr Zamzani, ahli bahasa dari Universitas Negeri Yogyakarta menyatakan bahwa lebaran berasal dari bahasa Jawa, berarti ‘lebar’, ‘selesai’, dan ‘usai’.
Baca Juga: Simak! Panduan Salat Idul Fitri 1442 H untuk Zona Hijau dan Kuning dari Kemenag
Dalam KBBI, lebaran berarti ‘hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal’.
Mudik dan lebaran sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia sejak lama. Mudik mencakup beberapa dimensi kehidupan yang patut direnungi.
Pertama, mudik menjadi momen spiritual ketika pulang ke kampung halaman mendoakan arwah saudara yang sudah mendahului kita.