Guguran Terus Terjadi, Berikut Penjelasan BPPTG tentang Kondisi Gunung Merapi

- 18 November 2020, 18:39 WIB
Ilustrasi aktivitas Gunung Merapi.
Ilustrasi aktivitas Gunung Merapi. /ANTARA/

PR TASIKMALAYA - Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia yaitu Gunung Merapi terpantau terus aktif bergerak bahkan disertai dengan adanya guguran yang diakibatkan oleh tekanan dari dalam tubuh gunung berapi.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida memaparkan guguran terjadi saat ada tekanan magma ke permukaan.

Sehingga, berbagai material yang ada pada puncak Gunung Merapi gugur karena tidak stabil.

Baca Juga: Update Virus Covid-19 Kota Tasikmalaya 18 November 2020, Total Kasus 517 Orang

“Magma itu kan terus menuju ke permukaan, karena ada magma yang menuju permukaan material yang di atas jadi tidak stabil. Karena tidak stabil maka material yang ada di atas jatuh (ngglundhung) sehingga menimbulkan suara gemuruh,” ujar Hanik Humaida, dalam siaran persnya, Selasa, 17 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Pmjnews.

Lebih jauh Hanik Humaida menjelaskan, bahwa dalam status siaga (level tiga) Gunung Merapi, saat ini terdeteksi adanya dua kantong magma.

Dua kantong magma itu, menurutnya, berdasarkan prediksi BPPTKG menjadi penyuplai utama material jika nantinya Gunung Merapi mengalami erupsi.

“Pertama, kantong magma dangkal kurang lebih 1,5-2 km dari puncak merapi. Kedua, kantong magma dalam yang jaraknya kurang lebih 5 km dari puncak Gunung Merapi. Dari posisi hiposenter gempa vulkanik saat ini dapat disimpulkan ada dua kantong magma di Gunung Merapi,” tutur Hanik.

Baca Juga: Terjerat Kasus Penganiayaan Sopir Taksi Online, Bahar Smith Ditetapkan Sebagai Tersangka

Menurut catatan BPPTKG, sampai status Gunung Merapi berubah menjadi siaga level tiga, belum terdeteksi intensitas gempa vulkanik dalam (VA) masih di angka 0.

Hal itu menjadikan kondisi yang berbeda bila dibandingkan pada erupsi pertama tahun 2010. Waktu itu, gempa vulkanik dalam bisa mencapai tujuh kali.

“Dengan kondisi tersebut mengindikasikan jika tidak ada suplai magma baru dari dalam perut Merapi, sekaligus menjadi salah satu indikasi kemungkinan erupsi 2020 ini tidak akan seperti tahun 2010,” ujarnya.

“Pada aktivitas merapi tahun 2020, gempa vulkanik dalam terakhir yang muncul adalah pada tanggal 25 September 2020 lalu,” tambahnya.

Adapun, kantong magma sendiri disebut oleh Hanik berfungsi sebagai katup bagi magma yang naik ke permukaan.

Baca Juga: Anies Dipanggil Terkait Kasus Kerumunan Massa, Polda: Bukan Kriminalisasi Jangan Berlebihan

Artinya, jika terjadi tekanan melebihi ambang batas, maka magma akan keluar dengan bentuk erupsi eksplosif atau efusif yang berupa pembentukan kubah lava.

“Pola letusan Merapi sendiri tidak mengalami perubahan,” tandasnya.

Sekadar informasi, berdasarkan catatan dari BPPTKG per tanggal 16 November 2020 menyatakan jika, laju rata-rata deformasi Gunung Merapi sebesar 12 cm per harinya. Laju tersebut diukur menggunakan menggunakan electronic distance measurements (EDM) Babadan.

Diketahui sebagai upaya mitigasi bencana, pemerintah daerah dan pemerintah setempat telah menyiapkan berbagai perlengkapan dan tempat pengungsian yang menerapkan protokol kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini. ***

 

Editor: Tita Salsabila

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x