Baca Juga: Tanggapan PM Georgia Soal Kritik AS dan Uni Eropa untuk Rancangan Undang-undang Agen Asing
Dampak krisis iklim juga dirasakan pada sektor infrastruktur. Menurut hasil riset penelitian Stone pada tahun 2022, kenaikan suhu menciptakan peningkatan kebutuhan akan AC, sehingga menyebabkan peningkatan beban pada jaringan listrik.
Hasilnya, Indonesia, ADB dan negara-negara lain membantu meningkatkan Asian Development Fund (ADF) 14. Modal ini terutama akan digunakan untuk memperkuat upaya mengatasi krisis iklim, mengentaskan kemiskinan, dan mendorong pembangunan sosio-ekonomi yang komprehensif. Kesepakatan penambahan modal dicapai pada Pertemuan Tahunan ADB ke-57 di Tbilisi, Georgia, dengan nilai nominal $5 miliar.
Selain Indonesia, negara yang ikut andil berkontribusi terhadap peningkatan dana ADF 14 antara lain Armenia, Australia, Austria, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Georgia, Jerman, Hong Kong, Tiongkok, India, Irlandia, Italia, Jepang, Luksemburg, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Republik Rakyat Tiongkok, Filipina, Portugal, Republik Korea, Spanyol, Swedia, Swiss, Tiongkok Taipei, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.
Menurut Presiden ADB Masatsugu Asakawa, ADF 14 lebih berfokus pada adaptasi terhadap perubahan iklim, mengurangi risiko bencana alam, meningkatkan kesetaraan gender dan mendorong kerja sama dan integrasi regional.
Baca Juga: Tim Indonesia Capai Final Piala Uber 2024, PBSI Apresiasi Para Atlet
ADF 14 memprioritaskan bantuan khusus kepada negara-negara berkembang kepulauan kecil yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, dan kepada negara-negara yang berada dalam situasi rapuh dan terkena dampak konflik secara tiba-tiba.
Didirikan pada tahun 1974, ADF bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup di negara-negara termiskin dan paling rentan di Asia dan Pasifik.
Dana ini juga digunakan untuk mengatasi tantangan pembangunan bertujuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, ADF mencerminkan komitmen bersama ADB dan donornya terhadap masa depan yang berkelanjutan.***(Evi Mutmainah)