Tidak Kehilangan Investor, Jawa Barat Masih Banyak Pemohon Selama Pandemi Covid-19

- 30 September 2020, 14:30 WIB
Ilustrasi kurva pertumbuhan ekonomi.
Ilustrasi kurva pertumbuhan ekonomi. / Pixabay/Mediamodifier/

PR TASIKMALAYA - Perekonomian negara sedang tidak stabil namun berbeda halnya dengan Provinsi Jawa Barat.

Hal itu terlihat dari sekitar 8.000 permohonan izin investasi yang diajukan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar. 

"Delapan ribu (8.000) pemohon itu pun yang melalui Pemprov Jabar,” jelas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Satu Pintu Provinsi Jawa Barat, Noneng Komara, pada acara The 3rd Indonesia Investment Day yang digelar secara daring, Selasa 29 September 2020.

Baca Juga: Meninggal karena Sakit Jantung Tidak Mengenal Usia, Yuk Kita Cegah Sejak Dini!

Noneng Komara mengatakan tidak hanya itu saja melainkan ada lainnya lagi pemohon yang mungkin masih ada di level kabupaten atau kota dan bahkan mungkin jumlahnya akan lebih banyak lagi.

Menurut dia, permohonan investasi di Jabar lebih banyak datang dari penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Hal itu tercermin dari kenaikan PMDN di Jawa Barat selama semester I 2020 sebesar 20%. Berbeda dengan permohonan penanaman modal asing (PMA) yang turun 30%.

Baca Juga: Jadi Kenyataan Pahit, Konglomerat Batu Bara di Indonesia Alami Penurunan Keuntungan Tahun ini  

Investasi di Jabar pada semester I, kata dia, terbantu oleh PMDN di tengah turunnya investasi PMA. 

Alhasil, secara total, penurunan investasi di Jabar secara tahunan hanya sekitar 15%.

Atas capaian itu, realisasi investasi di Jabar menempati posisi pertama secara nasional. 

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal merinci empat lokasi yang menjadi tujuan investasi sepanjang semester I 2020.

Baca Juga: 'The Meaning of Mariah Carey', Memoar Perjalanan Kelam Kehidupan Mariah Carey

Jawa Barat berada di urutan pertama dengan capaian investasi sebesar Rp57,9 triliun.

Diikuti Jawa Timur dengan raihan investasi Rp 51 triliun dan DKI harus puas berada di urutan ketiga dengan angka Rp 50,2 triliun. Sementara, provinsi Ganjar hanya kebagian Rp 27,8 triliun.

Menurut Noneng, pihaknya melakukan beberapa strategi untuk meningkatkan memikat investasi.

Di antaranya memberi keringanan pajak, permudah perizinan, serta membuka izin digital.

Baca Juga: Puluhan Kasus Positif Covid-19 Bertambah Dalam 1 Hari, Terungkap Klaster yang Sumbang Angka Tinggi 

Calon investor tidak perlu datang ke kantor dinas terkait untuk mengurus perizinan, tetapi bisa dilakukan secara online.

Sebagai provinsi yang memiliki jumlah populasi terbanyak dan dengan tingkat produktivitas pekerja yang tertinggi terhadap nasional, ditambah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang secara rata-rata di atas pertumbuhan nasional, Jawa Barat menjadi pilihan yang menarik bagi tujuan investasi, baik bagi investor domestik maupun asing.

Tahun 2019, Jawa Barat berhasil meraih penghargaan Platinum Provinsi Besar kategori Investasi dalam Indonesia Attractiveness Award (IAI) dengan total nilai investasi sebesar Rp 137,5 triliun, meningkat 17,54% dari realisasi tahun sebelumnya.

 Baca Juga: Menanti Debat Pertama Donald Trump dan Joe Biden untuk Pemilihan Presiden, Dollar AS Melemah

Bahkan di tengah pandemi, selama paruh pertama 2020, Provinsi Jawa Barat kembali menempati peringkat pertama realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai total Rp 57,9 triliun.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x