Indonesia Masih Impor Beras, Bapanas Tegaskan Tak Jatuhkan Harga di Petani

- 3 April 2023, 19:50 WIB
Ilustrasi kegiatan impor Badan Pangan Nasional.
Ilustrasi kegiatan impor Badan Pangan Nasional. /Badan Pangan Nasional (Bapanas.go.id)

PR TASIKMALAYA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) kembali melakukan impor beras guna mewujudkan stabilitas ketahanan pangan nasional.

Hal ini dilakukan lantaran produksi beras lokal belum mampu memenuhi stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Adapun impor tersebut dilakukan bukan hanya keputusan dari Bapanas semata, namun juga merupakan hasil koordinasi dengan Kementerian atau lembaga terkait seperti Kementerian Pertanian (Pementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Meski demikian, bukan berarti Bapanas menginginkan adanya impor. Hal tersebut tentu tidak akan dilakukan jika produksi beras nasional mampu memenuhi stok CBP, mengingat bahwa Indonesia mengalami stagnasi produksi padi selama dua puluh tahun terakhir.

Baca Juga: Tak Ada Kabar usai Hiatus, Kim Namjoon Akhirnya Bahas Masa Depan BTS

Berkenaan dengan itu, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa impor beras dilakukan secara terukur. Dengan demikian, harga beras petani tidak dijatuhkan dan masih stabil.

“Jadi kami sampaikan bahwa ini importasi yang terukur. Tidak membabi buta untuk menjatuhkan juga,” kata Kepala Bapanas Arief saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin. Setidaknya begitu informasinya jika mengutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA.

Terkait harga beras yang masih mahal, dia mengatakan bahwa rendahnya produksi beras menjadi pemicu. Produksi beras sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023 masih di bawah kebutuhan konsumsi masyarakat.

Baca Juga: Dikonfirmasi Dating oleh Masing-masing Agensi, Netizen Temukan Tipe Ideal Lim Ji Yeon dan Lee Do Hyun

Pada bulan berikutnya, yakni bulan Februari, banjir dan gagal panen berakibat pada rendahnya produksi beras lokal.

Pada awalnya pengamatan data KSA BPS mencatat produksi beras mencapai 2, 86 ton. Namun setelah dilakukan pengecekan ulang, produksi beras hanya berada pada angka 820 ton.

Dengan demikian, total produksi pada Januari hingga April 2023 diproyeksikan mencapai 13,37 juta ton dengan total konsumsi 10,15 juta ton. Dengan demikian, maka surplus berada pada angka 3,22 juta ton.

Pada bulan Mei 2023, defisit sebesar 430 ribu ton diprediksi akan terjadi mengingat produksi beras hanya mencapai 2,11 juta ton dengan total konsumsi mencapai 2,54 juta ton.

Baca Juga: Tes IQ: Es Kelapa Muda, Gehu, Kurma, atau Nasi Padang untuk Buka Puasa? Kalau Jeli Bantu Cari Perbedaannya

“Kebutuhan kita 2,5 juta sebulan, surplus sampai dengan April hanya 3,22 juta ton. Kemudian di tahun 2022, surplusnya itu hanya setengah bulan 1,34 juta, itu hanya setengah bulan. Itu kenapa harganya tinggi karena surplusnya hanya setengah bulan,” ucapnya.

Sementara itu, Bapanas telah melakukan penugasan kepada Perum Bulog pada akhir tahun 2022 lalu untuk mendatangkan 500 ribu ton beras dari Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Adapun hingga Februari 2023 realisasi baru mencapai 98,5 persen atau 492.863 ton.

Menurut Arif, stok beras bulog per 31 Maret 2023 berada pada angka 245.223 ton. Adapun 95,29 persen dari stok tersebut merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan 4,71 persen lainnya merupakan stok komersial.

Baca Juga: Tips Menjalankan Puasa dan Kegiatan Ramadhan untuk Seorang Mualaf

Berdasarkan data tersebut, secara rinci stok CBP berasal dari pengadaan dalam negeri sebesar 52.003 ton, Hasil tersebut kemudian diolah kembali sebanyak 588 ton.

Adapun dari luar negeri berada pada angka 168.087 ton dan dari pengalihan dalam negeri 12.983 ton.***

Editor: Wulandari Noor

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x