BMKG Ingatkan Soal Potensi Gempa Megathrust 8,7: Ini Bukan Ramalan, Semuanya Harus Siap!

- 27 Juli 2022, 17:36 WIB
Ilustrasi - BMKG kembali mengingatkan mengenai potensi gempa Megathrust 8,7 SR yang akan terjadi di Indonesia.
Ilustrasi - BMKG kembali mengingatkan mengenai potensi gempa Megathrust 8,7 SR yang akan terjadi di Indonesia. //PIXABAY/Tumisu

PR TASIKMALAYA – Dwikorita Karnawati selaku Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan soal potensi gempa Megathrust.

Tidak main-main, gempa bumi megathrust tersebut diperkirakan sebesar 8,7 magnitudo.

Menurut Kepala BMKG tersebut, gempa megathrust dengan magnitude 8,7 tersebut, diperkirakan berpotensi terjadi di Pantai Selatan Jawa Tengah.

Dia bahkan mengingatkan, gempa megathrust dengan magnitude 8,7 itu bukanlah sekedar ramalan atau prediksi.

Baca Juga: Tes Fokus: Anjing atau Manusia yang Pertama Kali Kamu Lihat? Hanya Orang Super Teliti yang Bisa Menjawab Benar

Pernyataan tersebut disampaikan Dwikorita Karnawati pada Rabu, 27 Juli 2022 saat membuka kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi Kabupaten Cilacap.

“Kita ini di wilayah Indonesia yang rawan gempa bumi, termasuk juga di Kabupaten Cilacap,” bebernya seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA.

Menurutnya, gempa megathrust tersebut diperkirakan terjadi karena Kabupaten Cilacap berada di Pantai Selatan Jawa Tengah yang mana lokasinya menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng Eurasia.

Dwikorita Karnawati menambahkan, tumbukan lempeng itu merupakan zona gempa megathrust yang perkiraan terburuknya jika benar-benar terjadi gempa, kekuatannya bisa mencapai 8.7 magnitudo.

Baca Juga: Ini Alasan Teuku Ryan Kuburkan Ari-ari sang Anak di Pesantren, Suami Ria Ricis: Alhamdulillah

Dia bahkan menegaskan, gempa megathrust tersebut bukan hanya sekedar ramalan atau prediksi, namun memang memperhitungkan kemungkinan terburuk apabila terjadi.

“Ini bukan prediksi, bukan ramalan, belum tentu terjadi. Itu hanya analisis pakar gempa bumi dan tsunami dengan memperhitungkan kemungkinan terburuk,” ujarnya.

Adanya analisis tersebut, menjadi faktor yang mendorong BMKG untuk melakukan mitigasi.

Mitigasi merupakan upaya BMKG guna mengurangi atau mengendalikan resiko agar jika memang sewaktu-waktu terjadi gempa masyarakat sudah siap.

Baca Juga: Kebakaran Plaza Senayan Jakarta, Apa Penyebabnya?

Bukan hanya masyarakat, namun sarana prasarananya hingga pengetahuan warga terkait bagaimana menyelamatkan diri seluruhnya sudah matang dipersiapkan.

Ketika semua persiapan sudah matang, apabila memang skenario terburuk terjadi maka setidak-tidaknya korban jiwa bisa dihindarkan.

“Gempanya bisa dicegah, tsunami bisa dicegah, tetapi korban jiwanya yang dicegah,” katanya.

Hal itu jugalah yang melatarbelakangi diadakannya Sekolah Lapang Gempabumi dan tsunami, khususnya di Cilacap.

Baca Juga: Siapakah Billie dalam Serial Resident Evil? Apakah Dia Meninggal?

“Inilah yang menjadi tujuan Sekolah Lapang Gempabumi dan tsunami agar kalau sewaktu-waktu terjadi, Insya Allah masyarakat semestinya sudah siap dan tidak terjadi korban,” terangnya.

Dwikorita mengimbau kepada sukarelawan yang mengikuti kegiatan guna membagikan ilmu yang didapat kepada masyarakat luas.

Dia berharap, ilmu tersebut dapat dipahami juga oleh masyarakat luas sehingga semuanya benar-benar siap apabila skenario buruk benar-benar terjadi.

“Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, semuanya siap. Tapi siapnya bukan sekedar siap,” pungkasnya.***

Editor: Aghnia Nurfitriani

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah